Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat tidak perlu khawatir dengan isu yang berkembang. Karena profesi akuntan tidak akan hilang dalam karier, bahkan tetap relevan dengan era industry 4.0. Hanya saja ilmu akuntasi harus melakukan evolusi agar tetap relevan dengan zamannya.
Dalam acara yang diadakan oleh Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) bersama dengan Politeknik Keuangan Negara (PKN) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Head of ACCA Indonesia Hani Karunia menjelaskan dampak terbesar bagi masa depan profesi akuntan adalah teknologi.
Bahkan, penelitian ACCA menunjukkan bahwa perkembangan teknologi adalah peluang untuk mengubah peran akuntan profesional serta memberi peluang baru untuk menambah nilai bisnis.
Baca: Kantor Akuntan Pajak di Okinawa Jadi Tempat Akal-akalan Yakuza Jepang, Negara Rugi 500 Juta Yen
“Kemampuan ini akan didukung oleh peningkatan otomatisasi tugas rutin dan transaksional yang membebaskan profesional keuangan untuk menerapkan keterampilan mereka di tempat lain,” kata Hani dalam sesi webinar “Industry 4.0 Disruption Impact to the Accounting Professionals or Business Application,” baru-baru ini.
Hani menjelaskan, program ACCA dikemas sedemikian rupa dimana pembelajaran tentang beberapa penerapan teknologi di dunia kerja juga dipelajari di dalam modul berstandar internasionalnya.
Karenanya, seorang akuntan haruslah bersahabat dengan perubahan teknologi dan menyambut perubahan dalam proses bisnis atau profesi mereka.
Di acara tersebut ACCA dan LSAF selaku lembaga pembelajarannya, juga memberikan beberapa beasiswa untuk mahasiswa terbaik PKN STAN dalam rangka membantu upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM). Terutama dalam bidang akuntansi dan keuangan di Indonesia agar mampu bersaing di skala global.
“Manusia tetap ditempatkan lebih unggul dibanding mesin ataupun teknologi selagi kita memang bisa mengendalikan perubahan tersebut dan bisa memberikan nilai tambah terhadap bisnis dengan pengetahuan yang dimilikinya termasuk pemahaman terhadap teknologi tersebut,” jelas Hani.
ACCA yang didirikan tahun 1904 di Inggris merupakan badan akuntansi professional global yang menawarkan kualifikasi Akuntan bersetifikat Chartered.
ACCA sudah berdiri di Indonesia sejak tahun 2013 dan saat ini sudah memiliki total 700.000 anggota (members) dan pelajar (students) di 178 negara.
Saat ini ACCA melalui LSAF (London School of Accountancy and Finance) di Indonesia selain juga mengadakan program studi ACCA, akuntansi yang berstandar internasional.
ACCA juga menawarkan kuliah berbasis online untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) atau Bsc of Applied Accounting dari Oxford Brookes University – UK serta Magister (S2)/ MSc in Professional Accountancy dari University of London.
Meski sistem perkuliahan dengan metode daring tetapi semua ijazah atau sertifikasi yang didapat sama dengan yang didapat bila kita kuliah langsung di UK. Tentunya dengan biaya yang jauh lebih murah.
“Pastinya di masa pandemic seperti ini, terobosan seperti ini bisa menjadi suatu pilihan apalagi bila kita atau anak kita memang mendambakan untuk kuliah di luar negeri,” tambahnya.
Lulusan yang memiliki sertifikasi ACCA banyak dicari oleh perusahaan-perusahaan besar. Pasalnya, sertifikat ACCA tidak hanya diklaim merepresentasikan integritas, serta pengetahuan yang mendalam tentang akuntansi dan finansial (finance).
Selain itu, lulusan ACCA juga diakui menguasai ilmu yang dibutuhkan dalam praktik dunia kerja serta pemahaman tentang beberapa transformasi teknologi yang dipakai dalam bisnis atau profesi akuntan dan finansial. Antara lain, blockchain, robotics, artificial Intelligence dan lain sebagainya.