Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Maybank Indonesia Tbk mencatat kenaikan laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar 7,0 persen menjadi Rp809,7 miliar pada paruh pertama 2020.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, kinerja perseroan didukung peningkatan pendapatan non bunga (fee based income) dan pengelolaan biaya strategis secara berkelanjutan (sustained strategic cost management.
“Terlepas dari kondisi pasar yang kurang kondusif, kami telah berhasil membukukan hasil positif dalam enam bulan pertama 2020. Bank telah mengubah kondisi pasar yang menantang menjadi peluang pada layanan perbankan digital serta tetap menjaga pertumbuhan yang baik," kata Taswin dalam paparan publik virtual, Kamis (24/9/2020).
"Kondisi saat ini telah membuat kami menjadi lebih kreatif, terutama dengan memanfaatkan teknologi dalam melakukan komunikasi kepada para nasabah. Kami telah mengambil langkah proaktif untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap portofolio Bank atas pandemi global yang terjadi," sambung dia.
Baca: Maybank: Bisnis Digital Banking di Indonesia Tumbuh Paling Pesat di Asia Tenggara
Baca: Presdir Maybank: Survival Bisnis Bergantung Pada Kemampuan dan Kecepatan Beradaptasi
Bank mencatat kenaikan pendapatan fee based sebesar 1,4 persen menjadi Rp1,2 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana terdapat pendapatan fee non rutin sebesar Rp 101,0 miliar dari hasil penyelesaian arbitrase domestik.
Bank telah mengoptimalkan layanan perbankan digital Maybank2u (M2U) yang mulai banyak digunakan nasabah menyusul adanya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Transaksi keuangan yang dilakukan melalui M2U naik 136 persen menjadi 4,5 juta transaksi pada semester I 2020 sementara, terdapat 34,000 pembukaan rekening tabungan/deposito dan lebih dari 45.000 rekening baru dibuka melalui M2U.
“Pandemi Covid-19 mulai semakin nyata terlihat pada kuartal kedua 2020, dan Perseroan telah secara proaktif melakukan komunikasi dengan debitur untuk menilai dampak pandemi terhadap bisnis mereka," ujar dia.
"Perseroan juga telah menawarkan restrukturisasi sesuai kebutuhan debitur berdasarkan pada penilaian yang dilakukan, dan hal ini telah melibatkan hampir semua debitur Non-Ritelnya untuk menilai apakah restrukturisasi diperlukan,” tuntas Taswin.