Selain itu, pemerintah juga akan memberikan insentif perpajakan dengan total nilai Rp 28,06 triliun.
Indonesia Lebih Siap
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menyampaikan pandangannya terhadap kesiapan Indonesia menghadapi resesi ekonomi di kuartal III 2020.
Meski sudah di depan mata, menurutnya, kondisi Indonesia kini sudah sangat siap dibandingkan saat terjadi krisis moneter 1998 dan 2008.
"Dari sisi mikro perusahaan-perusahaan kita pada tahun ini lebih kuat karena sudah cukup banyak yang menerapkan GCG secara baik," kata Dosen Perbanas ini kepada Tribunnews.com, Senin (28/9/2020).
Di lain hal, Piter juga menyoroti kinerja UMKM yang berada di situasi sulit karena turunnya daya beli masyarakat akibat meningkatnya jumlah pengangguran dan bertambah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Namun sejatinya tidak semata-mata hanya karena pandemi Covid-19, UMKM di situasi apapun sama yaitu fragile atau rapuh.
"Pada tahun ini hanya saja tekanan jauh lebih berat dari pada tahun 1998. Tetapi pada tahun ini pemerintah memberikan banyak program bantuan," ucapnya.
Perlu Perencanaan Komprehensif
Peneliti senior ini menilai pemerintah perlu menyiapkan perencanaan yang matang dan terukur sehingga tidak sekadar kebijakan yang asal jadi.
Piter menekankan pentingnya konsistensi dalam pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat.
"Kemudian perlu dukungan dari semua pihak, kebersamaan itu harus kita bangun. Harus punya pemikiran yang sama dan tujuan yg sama," ucapnya.
Piter mengatakan lagi bahwa dukungan dari bank sentral sangat dibutuhkan dalam kondisi krusial seperti ini.
"Koordinasi yang sangat kuat antara pemerintah dengan bank sentral diperlukan. Persoalan kita kan ada disitu. Support dari bank sentral lama bener, ini baru ada kesepakatan burden sharing pada bulan Juli-Agustus, dan itu setelah beberapa bulan," kata Piter.
Menurutnya, hal ini menyebabkan pemerintah berutang untuk membiayai semua perlu uang yang sangat besar untuk membantu masyarakat, dunia usaha, dan kesehatan.