News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fitra: Anggaran APBN 2021 yang Akan Fokus ke Penanganan Pandemi Penuh dengan Janji Palsu

Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diskusi virtual Fitra membedah potensi janji palsu di APBN 2021, Kamis (8/10/2020).

Keenam, kesehatan selalu menjadi prioritas utama tetapi belanja fungsi ekonomi lebih tinggi dibanding belanja fungsi kesehatan.

Ketujuh, belanja infrastruktur justru lebih tinggi sedangkan belanja modal untuk fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan lebih rendah.

Kedelapan, utang negara dianggap masih aman tetapi justru malah semakin membebani APBN.

"Waspada outstanding utang yang mayoritas adalah SBN, ketahanan keuangan negara sangat rentan. Pemerintah telah memposisikan pembiayaan utang sebagai instrumen kebijakan fiskal untuk mempercepat penanganan covid 19 dan pemulihan ekonomi. Hal ini nampak jelas dari pembiayaan utang yang meroket tajam dari Rp 402,1 triliun di 2019 menjadi Rp 1.225,5 triliun di 2020 dan 2021 rencana pembiayaan utang sebesar Rp 1.142,5 triliun," kata Misbah.

Kesembilan, anggaran untuk penanganan Covid-19 masih belum responsive gender dan masih sangat minim.

Lebih lanjut, Fitra juga memberikan tujuh rekomendasi untuk membuat APBN lebih rasional.

"Yang pertama, pemerintah perlu melakukan rasionalisasi asumsi dasar ekonomi makro 2021, kami yakin APBN 2021 akan diubah sebagaimana APBN 2020 yang bisa diubah hingga dua kali, berdasarkan Perpres 54 dan 72," ungkap Misbah.

Kedua, pemerintah perlu melakukan optimalisasi penerimaan negara melalui l intensifikasi pajak dan kekayaan negara yang dipisahkan (BUMN).

"Lalu, pemerintah perlu melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemberian insentif usaha, baik berupa keringanan pajak maupun yang lainnya, agar lebih tepat sasaran dan tidak ada penyimpangan (conflict of interest," ucap Misbah.

Keempat, pemerintah diminta kembali fokus pada besaran dan efektifitas penggunaan anggaran kesehatan, terutama untuk kebutuhan riset pananganan Covid-19.

Kelima, memfokuskan belanja modal untuk program peningkatan kualitas fasilitas dan sarana kesehatan, terutama di masa pandemi Covid-19.

Keenam, mengurangi ketergantungan Utang Negara, dengan melakukan efisiensi Belanja K/L.

"Belanja K/L mengalami peningkatan sangat tajam, tetapi serapannya sangat rendah. Ini patut dievaluasi," ujarnya

Yang terakhir, pemerintah perlu mendorong Anggaran Penanganan Covid-19 lebih responsive gender dan inklusif.

"Kawan-kawan ODHA dan penyandang disabilitas itu juga belum mendapatkan akses yang khusus terhadap program-program PEN utamanya atau program program perlindungan sosial lainnya," imbuh Misbah.

Foto : Diskusi virtual Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini