Pengajuan peraturan pada bulan Agustus lalu menunjukkan maskapai itu telah menggunakan setengah dari 8,8 miliar dolar Singapura yang dikumpulkan melalui penjualan saham.
Operator pun terus mengeluarkan biaya, bahkan saat pesawat dibiarkan menganggur.
Saat ini maskapai itu sedang meninjau armada dan operasinya.
Sementara itu, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) yang mewakili sekitar 290 maskapai penerbangan mengatakan lalu lintas penumpang kemungkinan akan pulih setidaknya pada 2024.
Survei IATA baru-baru ini terhadap para pelancong menunjukkan bahwa sebanyak 83 persen penumpang memilih tidak bepergian jika itu melibatkan 14 hari masa karantina.
"Untuk membuka perbatasan dan mendorong orang kembali melakukan perjalanan, karantina harus diganti dengan pengujian Covid-19 yang efektif, kami harus secara bertahap membuka perbatasan," tegas Ong.
Ong menegaskan bahwa Singapura juga perlu meninjau rencana pembangunan terminal kelima di Bandara Changi.
Pembangunan terminal yang semula rencananya akan selesai pada 2030 itu telah ditangguhkan, setidaknya selama dua tahun.
"Asumsi kami untuk Terminal 5 sudah berubah total, saya tidak punya prediksi terkait apa yang akan terjadi pada Terminal 5 dan apa yang akan terjadi pada penerbangan global," papar Ong.
Perlu diketahui, Singapura telah menjanjikan sekitar 100 miliar dolar Singapura dalam merealisasikan langkah-langkah stimulus untuk melawan dampak pandemi, termasuk memberikan subsidi gaji yang akan berlangsung hingga Maret mendatang.