"Ketika mengisi penumpang jumlah okupansi tidak memadai hanya 80 persen maka 20 persennya bisa komersial," ujar Yahya.
Selain kapal barang, Pelni mengalami penurunan untuk muatan kapal ternak pada triwulan III/2020 sebanyak 745 ekor sapi atau turun 47 persen dari 1581 ekor di triwulan II 2020.
Penurunan utamanya pada bulan ini terjadi karena dari Pemerintah Daerah NTT belum menetapkan kuota untuk jumlah sapi yang akan diangkut dengan KM Caraka Nusantara 1.
Saat ini kapal berlabuh di pelabuhan Tenau Kupang NTT sehingga terjadi delay dalam pemuatan.
Pelni pun mendorong Pemda NTT agar segera menetapkan kuotanya.
Kata Yahya yang menjadi kejutan saat pandemi covid 19 adalah tol laut khususnya rute Surabaya-Morotai. Di rute tersebut okupansinya sangat luar biasa, walau Yahya tidak menyebutkan angkanya secara persis.
Rute Surabaya-Morotai kata dia kapal tol laut tidak dalam keadaan kosong saat kembali dari Morotai ke Surabaya.
Biasanya komoditas yang diangkut dari dan ke Morotai adalah ikan, kopra serta batang kelapa.
"Morotai tinggi luar biasa okupansinya dan ini menjadi barometer semua tol laut berkaca ke Surabaya-Morotai. Kalau dari Surabaya biasanya mengangkut ikan lalu kalau dari Morotai angkut batang kelapa, kopra," ujar Yahya.
Berkaca dari rute Surabaya-Morotai tersebut Pelni lanjut Yahya juga akan menjajaki rute lain yang memiliki potensi bagus.
"Setelah program tol laut Morotai ini kan tergantung fungsi dari Pemda, maka akan kita jajaki yang lain. Pemda-pemda kita juga minta nanti," ujar Yahya.
Yahya juga merasa bersyukur karena ia mengklaim BUMN pelayaran tersebut tidak memiliki utang jatuh tempo.
Untuk penghasilan atau gaji direksi dan karyawan Pelni pun kata dia juga tidak ada yang kena potong.
Hanya saat penerimaan THR Idul Fitri yang jumlahnya berkurang.
"Kita bersyukur sekali karena tidak ada utang, tidak ada schedule pembayaran," ujar Yahya.(Willy Widianto)