News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ngetwit di Twitter, Rizal Ramli Ungkap Strategi Pengemis Utang, Dapatnya Utangan Recehan

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ekonom Rizal Ramli (kiri) dan pakar hukum tata negara, Refly Harun di gedung Mahkamah Konstitusi (MK) Jakarta, Jumat (4/9/2020). Tribunnews/Herudin

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menilai, Pemerintah sudah kelewat batas dalam mengambil utang luar negeri.

Rizal Ramli menyatakan, keuangan negara seakan tidak berdaya di tengah pandemi corona atau Covid-19 karena untuk membayar bunga utang saja harus dengan utangan lagi.

"Terbitkan surat utang (bonds) bunganya semakin mahal. Untuk bayar bunga utang saja, harus ngutang lagi," ujarnya melalui akun Twitter @RamliRizal, Jumat (20/11/2020).

Baca juga: Indonesia Pinjam 1,5 Miliar Dolar ke Australia untuk Tangani Pandemi Covid 19

Selain itu, dia juga menyayangkan kebijakan pemerintah meminta-minta uang ke pihak asing yang sebenarnya tidak besar dari sisi nominal.

Baca juga: Setelah dari Australia, Indonesia Berutang ke Jerman Rp 9,1 Triliun

"Makin parah. Makanya mulai ganti stratetegi jadi 'pengemis utang bilateral' dari satu negara ke negara lain, itupun dapatnya recehan. Itu yang bikin shock" kata Rizal.

Selanjutnya, keprihatinan dirinya terhadap utang Indonesia tersebut ditujukan langsung ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Mas @jokowi, mau dibawa kemana RI? Surat utang bunganya semakin mahal," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Indonesia mendapatkan tambahan utang baru dari Pemerintah Republik Federal Jerman sebesar 550 juta euro atau sekitar Rp 9,1 triliun.

Pinjaman ini didapatkan Pemerintah RI dari Jerman setelah sebelumnya Indonesia juga mendapatkan pinjaman utang dari Pemerintah Australia seniai 1,5 miliar dolar Australia atau sekitar Rp 15,4 triliun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini