Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perhubungan akan mengkaji standarisasi pendistribusian vaksin Covid-19 yang akan melibatkan sektor transportasi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan, pihaknya akan menugaskan badan penelitian di sektor perhubungan untuk menyusun standar pendistribusian vaksin ini.
Menurutnya, distribusi vaksin memang menjadi perhatian khusus karena kualifikasi pengiriman vaksin harus disimpan di tempat dengan tingkat dingin yang tertentu.
Budi Karya mengungkapkan, akan membicarakan hal tersebut dengan litbang untuk menemukan bagaimana distribusi menggunakan transportasi darat, udara dan laut itu bisa dilaksanakan dan berjalan baik.
Baca juga: Gita Wirjawan: Selama Belum Ada Vaksin, Pemulihan Ekonomi Tetap Tertatih-tatih
"Melalui penelitian ini, kami nantinya akan memberikan format standar untuk melakukan pengiriman vaksin kepada operator," ucap Budi Karya, Selasa (2/12/2020).
Baca juga: Vaksin Moderna Diklaim Ampuh 100 Persen Sembuhkan Pasien Corona Akut
Sebelumnya Asosiasi Transportasi Udara Internasional atau IATA menilai, industri penerbangan global akan menjalankan misi besar yaitu melakukan distribusi vaksin untuk mengakhiri pandemi Covid-19 di dunia.
Mengutip dari laman situs Bloomberg pada Rabu (2/12/2020), pendistribusian vaksin menurut IATA menjadi sangat krusial karena pandemi ini menyerang ke seluruh dunia dan membuat maskapai tidak bisa terbang dengan leluasa.
Misi ini disebut IATA menjadi lebih sulit, karena maskapai penerbangan saat ini beramai-ramai melakukan pemangkasan terhadap awak pesawat, rute hingga armada yang beroperasi.
CEO IATA Alexandre de Juniac mengatakan, ini akan menjadi tugas logistik terbesar dan paling kompleks yang pernah ada sepanjang abad ini.
Menurutnya, untuk memasok sekitar 14 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia dibutuhkan 8.000 muatan dalam kargo Boeing 747 dengan kapasitas 110 ton yang akan memakan waktu setidaknya dua tahun untuk membawa vaksin tersebut dalam satu pesawat.
"Tantangan yang akan dihadapi maskapai, adalah kapasitas kargo, fasilitas pendingin, penyimpanan vaksin dan daya jangkau ke wilayah terpencil yang memiliki akses sulit," kata Juniac.