Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - JP Morgan memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa pulih kembali akibat dampak pandemi Covid-19 dengan tumbuh paling tidak 4 persen di 2021.
Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Henry Wibowo mengatakan, angka itu meningkat dibandingkan proyeksi tahun 2020 minus 2 persen.
"Jadi, kita optimis bahwa daya beli masyarakat akan kembali karena harga komoditi juga sudah mulai bangkit, terutama batu bara dan CPO. Ini sangat memiliki dampak yang besar terhadap daya beli masyarakat," ujarnya dalam webinar, Senin (14/12/2020).
Menurut dia, pergerakan harga CPO dan batu bara terhadap daya beli masyarakat korelasinya sangat positif, terutama di daerah-daerah.
"Jika harga batu bara naik, harga sawit naik itu biasanya penjualan motor, penjualan mobil di daerah-daerah tersebut juga ikut naik. Jadi, dengan adanya rebound harga komoditi, kita optimis ini bisa mendorong pemulihan daya beli masyarakat," kata Henry.
Selain itu, lanjut dia, faktor pendorong tumbuhnya ekonomi adalah menguatnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di 2021.
Secara rinci, Henry menambahkan, dampak penguatan rupiah tersebut bisa melihat dari pasar modal di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan yang tercatat di Bursa biasanya memiliki korelasi kalau setiap 1 persen penguatan rupiah terhadap dolar AS bisa mendorong pertumbuhan net profit itu sekira 0,7 persen.
Kalau rupiah bisa menguat kira-kira 5 persen saja terhadap dolar AS maka itu bisa mendorong net profit tumbuh 3,5 persen.
"Secara alamiah ya, tanpa ada katalis tambahan lainnya. Rupiah kita memproyeksikan sampai akhir tahun 2021 bisa tembus ke Rp 13.500 per dolar AS, dari itu kita ekspektasi pertumbuhan profit korporasi akan tumbuh dan dampaknya ke karyawan-karyawannya, daya beli masyarakat bisa pulih," pungkas Henry.