TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMU) untuk menggelar penawaran umum saham perdana atawa initial public offering (IPO) tinggal selangkah lagi.
Perusahaan bakal melepas sebanyak-banyaknya 5.923.076.900 saham baru dengan kisaran harga di Rp 142 sampai Rp 200 per saham.
Direktur Utama Widodo Makmur Unggas Ali Mas’adi mengatakan, jumlah saham yang dilepas ke publik setara dengan 35% dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah IPO.
“Kami berharap langkah perusahaan ini untuk menjadi perusahaan terbuka akan memungkinkan bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan perusahaan secara vertikal maupun horisontal,” kata Ali dalam acara Due Dilligence Meeting dan Public Expose Penawaran Umum Perdana Saham Widodo Makmur Unggas, Rabu (6/1/2021).
Baca juga: Bursa Komoditi Bisa Mitigasi Risiko Nilai Tukar di Perdagangan Ekspor Impor
Asal tahu saja, WMU merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan ayam terintegrasi. Saat ini, komposisi kepemilikan saham WMU dimiliki oleh PT Widodo Makmur Perkasa (WMP) 90,00%, Ibu Warsini 5,00%, dan Bapak Wahyu Andi Susilo 5,00%.
Selama ini, penjualan WMU menyasar beberapa segmen pasar, yaitu segmen rumah tangga, processing industry, serta hotel restoran dan kafe (horeka). Di mana, penjualan ke segmen rumah tangga dilakukan melalui general trade, modern trade, dan e-commerce.
Portofolio produk WMU pun beragam, namun sebagian besar omset perusahaan berasal dari lini bisnis penjualan karkas di unit downstream. Hingga Oktober 2020, segmen karkas berkontribusi dalam kisaran 60%-70%.
Sementara sisanya berasal dari penjualan produk lainnya seperti ayam berusia satu hari atawa day old chicken (DOC), telur, ayam hidup, dan pakan ternak.
Lebih lanjut Ali menjelaskan, sebanyak 74,3% dana hasil bersih IPO akan digunakan untuk ekspansi dengan menambah serta memperluas sarana produksi.
Baca juga: Tutup Perdagangan Saham 2020, Airlangga Hartarto: Ekonomi RI Terus Membaik
Caranya dengan membangun beberapa fasilitas seperti fasilitas Breeding PS Farm Gunung Kidul, fasilitas Layer Commercial Farm di Klaten, fasilitas Hatchery di Sukabumi, fasilitas Broiler Commercial Farm di Wonogiri, fasilitas Slaughterhouse di Cianjur, dan fasilitas Feedmill di Ngawi.
Sementara itu, sebanyak 25,7% dari sisa dana IPO bakal digunakan untuk modal kerja perusahaan utamanya untuk pembelian bahan baku pada feedmill dan pembelian ayam broiler komersial untuk slaughterhouse.
Asal tahu saja, perusahaan akan melakukan penawaran umum saham perdana pada 7 Januari – 13 Januari 2021. Perusahaan berencana melakukan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 Januari 2021.
Untuk menggelar aksi korporasi ini, perusahaan menunjuk CIMB Niaga Sekuritas, BRI Danareksa Sekuritas, dan Samuel Sekuritas sebagai Joint Lead Underwriters (JLU).
WMU pun melihat prospek bisnis perunggasan ke depan cukup menjanjikan, sebab konsumsi produk unggas per kapita di Indonesia masih rendah. Terlebih jika dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara.
“Di samping itu, GDP Indoneia ini lebih besar dibanding negara-negara di Asia Tenggara. Hal ini yang mendasari bahwa akan terjadi peningkatan konsumsi dari produk unggas (di Indonesia),” terang Ali.
Sebagai informasi, penjualan WMU tercatat mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan prospektus perusahaan, realisasi penjualan konsolidasian WMU tercatat sebesar Rp 90,03 miliar pada tahun 2017.
Lalu melonjak menjadi Rp 150,91 miliar di tahun 2018 dan terus menanjak hingga mencapai Rp 576,71 miliar di akhir 2019 lalu.
Untuk tahun 2020, WMU memproyeksi bakal mencatatkan penjualan sekitar Rp 1,1 triliun.
Setali tiga uang dengan kinerja penjualan, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih WMU juga naik dari Rp 3,53 miliar di tahun 2017 ke Rp 5,76 miliar pada 2018 lalu. Sementara pada 2019 lalu, laba bersih WMU capai Rp 36,16 miliar.
Berita ini tayang di Kontan dengan judul: Widodo Makmur Unggas tetapkan harga IPO di kisaran Rp 142 sampai Rp 200 per saham