Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyakini Indonesia bakal menjadi negara pengekspor besar produk besi baja.
"Indonesia akan menjadi pengekspor barang industri berkualitas tinggi, prediksi kami 2020 besi baja yang tadinya kita pengimpor besar, kita akan mendapatkan setidaknya 10 miliar dolar AS dari proses produksi baja," kata Lutfi saat paparan kinerja Kementerian Perdagangan 2020, ditulis, Rabu (13/1/2021).
Lutfi juga mengatakan, produk otomotif juga bisa menjadi andalan ekspor Indonesia dengan nilai ekspor saat ini 5,8 miliar dolar AS atau 4,2 persen dari total ekspor Indonesia.
"Dua ini (besi baja dan otomotif) fenomena baru terhadap ekspor indonesia di masa mendatang. Hal ini akan sangat bersinggungan dengan perjanjian perdagangan ke depan," tuturnya.
Menurutnya, Kementerian Perdagangan akan fokus membuka pasar agar menjadi lebih kompetitif.
Baca juga: Maret 2021 Nippon Steel Jepang Bangun Fasilitas Produksi Baja Terkuat dan Tertipis
Dengan terbukanya pasar, maka akan mengundang investasi dan industrialisasi masuk.
"Banyaknya investasi dan industrialisasi yang masuk, maka akan melahirkan berbagai peluang ekspor ke depannya,” jelas Mendag.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor periode November 2020 tumbuh positif sebesar 15,28 miliar dolar AS.
Baca juga: Produsen Baja Ringan Tanam Investasi USD 4,9 Juta di Kawasan Industri Kendal
"Perkembangan ekspor ini sangat bagus sekali dan menggembirakan. Naik 9,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year)," kata Kepala BPS Suhariyanto secara daring, Selasa (15/12/2020).
Ekspor RI juga tumbuh 6,36 persen dibandingkan Oktober 2020.
"Kenaikan ekspor ini karena adanya kenaikan ekspor migas sebesar 24,26 persen dan ekspor non migas juga mengalami kenaikan 5,56 persen," tuturnya.
Beberapa komoditas non-migas yang mengalami kenaikan secara bulanan harga cukup besar di antaranya lemak minyak hewan nabati, bahan bakar dan mineral, besi dan baja.
"Ekspor November 2020 ini adalah yang tertinggi sejak bulan Oktober 2018 di mana saat itu nilai ekspornya 15,91 miliar dolar AS," beber Kecuk, sapaannya.
Lebih rinci lagi, seluruh sektor ekspor mengalami pertumbuhan nilai secara bulanan yakni migas (0,76 miliar dolar AS), pertanian (0,45 miliar dolar AS), industri pengolahan (12,12 miliar dolar AS), pertambangan (1,95 miliar dolar AS).
dan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor periode November 2020 tumbuh positif sebesar 15,28 miliar dolar AS.
"Perkembangan ekspor ini sangat bagus sekali dan menggembirakan. Naik 9,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year)," kata Kepala BPS Suhariyanto secara daring, Selasa (15/12/2020).
Ekspor RI juga tumbuh 6,36 persen dibandingkan Oktober 2020.
"Kenaikan ekspor ini karena adanya kenaikan ekspor migas sebesar 24,26 persen dan ekspor non migas juga mengalami kenaikan 5,56 persen," tuturnya.
Beberapa komoditas non-migas yang mengalami kenaikan secara bulanan harga cukup besar di antaranya lemak minyak hewan nabati, bahan bakar dan mineral, besi dan baja.
"Ekspor November 2020 ini adalah yang tertinggi sejak bulan Oktober 2018 di mana saat itu nilai ekspornya 15,91 miliar dolar AS," beber Kecuk, sapaannya.
Lebih rinci lagi, seluruh sektor ekspor mengalami pertumbuhan nilai secara bulanan yakni migas (0,76 miliar dolar AS), pertanian (0,45 miliar dolar AS), industri pengolahan (12,12 miliar dolar AS), pertambangan (1,95 miliar dolar AS).