Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai minat investor terhadap aset berisiko meningkat setelah diumumkannya paket stimulus fiskal Presiden Amerika Serikat Joe Biden senilai 1,9 triliun dolar AS.
"Pagi ini terlihat aset berisiko seperti indeks saham Asia mengalami kenaikan. Pasar kemungkinan masih merespon positif rencana pemerintahan Joe Biden untuk merilis stimulus pertamanya," tutur Ariston kepada Tribunnews, Senin (25/1/2021).
"Sentimen ini mungkin bisa membantu penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS hari ini," lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memerintahkan penerbitan peninjauan stimulus pandemi yang lebih cepat kepada keluarga yang membutuhkan serta meningkatkan bantuan makanan untuk anak-anak yang biasanya bergantung pada makanan sekolah.
Baca juga: Analis: PPKM Jawa-Bali Jilid II Bikin Rupiah Tertekan
Biden menekankan bahwa pemerintah harus menangani krisis virus corona dengan mendesak guna meringankan beban masyarakat Amerika.
Sudah lebih dari 400 ribu orang Amerika meninggal akibat virus corona serta jutaan orang kehilangan pekerjaan.
Baca juga: Biden dan PM Johnson Diskusikan Perlunya Koordinasi Kebijakan Luar Negeri di China, Iran dan Rusia
"Ini bukan hanya untuk memenuhi kewajiban moral. Ini keharusan ekonomi," kata Biden dalam sambutannya di acara Gedung Putih untuk menandatangani dua perintah eksekutif.
Biden mengatakan paket stimulusnya untuk mengatasi efek ekonomi dari pandemi mendapat dukungan dari pebisnis, tenaga kerja, Wall Street dan Main Street.
"Banyak orang Amerika yang terluka. Virusnya melonjak. Keluarga-keluarga kelaparan. Orang-orang berisiko diusir. Kehilangan pekerjaan meningkat lagi. Kami perlu bertindak. Tidak peduli bagaimana Anda melihatnya, kami perlu untuk bertindak," kata Biden.