News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengembangan Energi Panas Bumi Masih Minim Dukungan, Pakar UI Sarankan Begini

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja melakukan pemeriksaan rutin jaringan instalasi pipa di wilayah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Salak yang berkapasitas 377 megawatt milik Star Energy Geothermal di Sukabumi, Jawa Barat (4/4/2018). PT Barito Pacific Tbk pada pekan depan akan menggelar rights issue untuk mengakuisisi 66,67% saham Star Energy Geothermal yang akan mendukung peningkatan pendapatan dan pertumbuhan kinerja perseroan. TRIBUNNEWS/HO

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Panas Bumi dari Universitas Indonesia (UI) Yunus Daud menilai potensi dan manfaat dari energi baru terbarukan (EBT) seperti panas bumi atau geothermal belum banyak diketahui oleh masyarakat.

Menurutnya, yang menjadi faktor utama banyak penolakan terhadap pembangunan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) seperti yang terjadi di Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. 

Dia menekankan, pemerintah maupun investor perlu menggencarkan sosialisasi penggunaan energi panas bumi ke masyarakat.

"Tidak semua orang tahu geothermal, termasuk di perguruan tinggi. Artinya, kalau masyarakat tidak terlalu tahu juga maka wajar kalau terjadi gap informasi."

"Jadi baik pengusaha maupun pemerintah, harus apik dalam menyampaikan sosialisasi dan perlu dengan rendah hati," ujar Yunus kepada wartawan, Kamis (4/2/2021).

Baca juga: Star Energy Geothermal Kembangkan Potensi Ekonomi Kopi di Jawa Barat

Yunus menilai, kultur budaya Indonesia yang beragam maka pendekatan yang bagus, penjelasan tepat, jelas, dan transparan akan menjadi kunci agar tidak terjadi perbedaan pandangan terhadap energi geothermal sehingga mampu diterima oleh masyarakat luas.

Baca juga: Rampungkan Proyek KLD, Pertamina Hulu Energi ONWJ Targetkan Produksi Gas 16 MMSCFD

"Saya berdiri di atas semua komponen bangsa indonesia di mana ada pengusaha, ada masyarakat, ada tokoh, nah saya berdiri di antara semua. Artinya bagaimana energi ini bisa dimanfaatkan namun juga dikomunikasikan dengan sangat baik kepada masyarakat," jelasnya.

Energi geothermal memiliki banyak manfaat dan termasuk sumber energi yang bersih karena emisi CO2 geothermal paling kecil di antara energi-energi lain yang ada.

"Apalagi jika dibandingkan sumber energi dari fosil atau batubara," urai Yunus.

Yunus menambahkan selain mampu menghasilkan listrik, energi ini bila dimanfaatkan dengan maksimal juga mampu digunakan untuk Direct Uses (pemanfaatan panas secara langsung) seperti untuk penghangat ruangan ataupun untuk mengeringkan hasil-hasil pertanian yang dibutuhkan dalam bentuk kering seperti kopra (kelapa kering) dan lain-lain.

Kementerian ESDM mencatat Indonesia memiliki potensi energi geothermal sebesar 23.900 MW, di mana dengan kondisi geografis Indonesia yang dilintasi jalur gunung berapi angka tersebut kemungkinan besar akan meningkat seiring dengan temuan dan investigasi baru lainnya.

Namun besarnya potensi tersebut sampai dengan saat ini baru dimanfaatkan sebesar 2.130 MW yang tersebar di beberapa wilayah di antaranya seperti Sorik Marapi (Sumatera Utara), Muara Laboh (Sumatera Barat), Lumut Balai (Sumatera Selatan), Kamojang (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah), Ijen (Jawa Timur), Flores (NTT), dan Lahendong (Sulawesi Utara).

Pemerintah menargetkan pembauran energi baru terbarukan (EBT) pada 2025 sebesar 23 persen.

Semua pihak diharapkan bisa duduk bersama menyelaraskan pikiran dan tujuan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di daerahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini