Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah petani mengeluhkan tidak terserapnya panenan bawang putih lokal oleh pasar. Hal itu menyebabkan mereka merugi dan pikir-pikir jika menanam bawang putih lagi.
Imam, petani bawang putih di Batu, Jawa Timur mengatakan, dirinya mulai nanam bawang putih bersama kelompoknya sejak 2018-2019 saat itu permintaan bibit bawang putih cukup tinggi dari perusahaan importir yang terkena ketentuan wajib tanam nawang putih.
Di masa itu pihaknya bekerjasama dengan importir meski ada juga petani yang menanam bawang putih sendiri.
"Petani banyak yang tanam bawang putih proyeksinya untuk pengadaan benih," ungkapnya, Kamis (11/3/2021).
Namun karena tahun ini kerjasama dengan importir sudah tidak ada dia khawatir hasil panenan bawang putih tidak terserap dan berisiko merugi. Sementara, biaya tanam yang dikeluarkan cukub besar, sekitar Rp 100 juta-Rp 120 juta per hektar dan dapat menghasilkan sekitar 8 ton per hektar.
"Hancur mas, kalau kemaren harganya bisa laku di atas Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu rupiah per kilogram, sekarang ini harga bawang putih kering hanya 10.000-11.000 rupiah per kilogram," ungkapnya.
Baca juga: Bibit Vaksin Merah Putih Akan Diserahkan Kepada Biofarma Akhir Maret Ini
Imam mengatakan, karena harga murah, petani menahan tidak untuk dijual, akhirnya banyak bibit yang busuk dan kadaluarsa sehingga sudah mulai dibuang karena tidak laku.
"Sebagian terpaksa dilepas dengan harga murah dan tidak balik modal," katanya.
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati, Haji Khoirul mengatakan saat ini justru tidak ada bawang putih lokal dijual di pasar.
Menurutnya, tahun lalu, masih ada kiriman bawang putih lokal setelah itu tidak muncul lagi.
Dia mengaku heran dari daerah tidak ada yang menawarkan bawang putih lokal kepadanya sampai hari ini.
Baca juga: Cara Mengatasi Sakit Tenggorokan Secara Alami, Gunakan Peppermint hingga Bawang Putih
Sebelumnya petani bawang putih varietas lokal di Jawa Tengah kesulitan menjual hasil panennya di pasar.
Kelompok Tani Rejeki Makmur Desa Segoro Gunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, tahun 2020 lalu menanam di atas lahan seluas 60 hektare di lereng Gunung Lawu.
Namun, tahun ini mereka khawatir tidak ada pembeli yang datang untuk menyerap hasil panenan.