Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maskapai penerbangan Cathay Pacific Airways harus mengalami kerugiaan sebesar 2,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 40 triliun.
Mengutip dari laman situs China Morning Post pada Jumat (12/3/2021), kerugian yang dialami oleh Cathay Pacific Airways akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang membuat pendapatan perusahaan selama 2020 mengalami penurunan.
Kerugian sepanjang 2020 yang dialami maskapai yang berbasis di Hong Kong ini merupakan yang terburuk dalam sejarah industri penerbangan.
Pemimpin Cathay Pacific Airways Patrick Healy mengatakan, tahun 2020 menjadi tahun yang sangat menantang bagi perusahaan selama 70 tahun beroperasi.
Baca juga: Khusus Hari Ini, Garuda Diskon Tiket Pesawat Hingga 60 Persen, Ini Pilihan Rutenya
Ia juga mengungkapkan, apa yang terjadi di 2020 dan dampak dari pandemi Covid-19 ini membuat adanya ketidakpastian terhadap bisnis perusahaan di masa depan.
Baca juga: Qantas Airlines Wajibkan Penumpang Rute Internasional Vaksinasi Covid-19 Sebelum Terbang
Bahkan menurut Patrick, setelah pandemi Covid-19 ini telah dapat diatasi tidak menjamin kelangsungan bisnis perusahaan akan kembali pulih dalam waktu dekat.
Baca juga: Gara-gara Kucing, Pesawat Tarco Airlines Putar Balik, Diduga Naik saat Pesawat Dibersihkan
Patrick juga menjelaskan, saat ini kdisi pasar tetap menantang dan dinamis. Selain itu terkaid pandemi dan dampaknya masih belum pasti hingga kapan.
"Beberapa negara memang telah mulai melonggarkan aturan saat memasuki akhir tahun. Tetapi meski begitu, laporan keuangan perusahaan justru menunjukkan kerugian meningkat memasuki paruh kedua 2020," kata Patrick.
Kerugian yang dialami perusahaan, lanjut Patrick, mencapai 1,5 miliar dolar AS atau setara Rp 21,4 triliun. Padahal pada paruh pertama, perusahaan sudah menangguk rugi hingga 1,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 18,6 triliun.
Nilai tersebut jauh lebih buruk jika dibanding kinerja tahun 2019, yang mana perusahaan berhasil mencetak keuntungan 216 juta dolar AS setara Rp 3 triliun.
Meski mengalami kerugiaan, Patrick menyebutkan, dengan meningkatnya biaya pengiriman kargo akibat tingginya permintaan namun jumlah pesawat yang terbatas sangat berdampak positif terhadap pemasukan perusahaan.
"Pengiriman kargo ini, tentunya sangat membantu Cathay Pacific menghindari kerugian yang lebih lebar pada 2021 ini," ujar Patrick.