News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pelajaran Setahun Covid-19 di Indonesia, Perlu Adaptif Demi Keberlangsungan Bisnis

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Apung Sumengkar, pendiri dan CEO perusahaan konsultansi bisnis Daya Qarsa.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setahun sudah usia kehadiran Covid-19 di Indonesia, setelah diumumkan temuan pertama pada 2 Maret 2020 oleh Presiden Jokowi.

CEO Daya Qarsa Apung Sumengkar mengatakan, terdapat empat poin pembelajaran penting yang dapat dipetik oleh pemimpin dan pelaku bisnis keseluruhan dari kondisi di tahun 2020 demi keberlangsungan organisasi ke depannya.

"Kami membagi empat poin pembelajaran tersebut menjadi elemen 4-P, yakni proposition, people, process, dan promotion,” ujar Apung Sumengkar dalam keterangannya, Rabu (17/3/2021).

Baca juga: Perbedaan Samsung Galaxy A32, A52, dan A72: Mulai dari Harga, Layar, hingga Baterai

Daya Qarsa, perusahaan konsultan yang berfokus pada transformasi bisnis holistik.

Apung melanjutkan, pada elemen pertama Proposition yang bermakna believe in the value of what you offer, embrace innovation, be agile & be adaptive to the market.

Baca juga: Percepat Pengiriman Paket Antar Pulau, J&T Express Luncurkan Air Freighter

Untuk memperkuat dan memperjelas value proposition, penting bagi organisasi bisnis untuk menyesuaikan diri dengan distorsi yang mempengaruhi perilaku dan permintaan pasar.

“Singkatnya, bersikaplah agile dan adaptif sesegera mungkin demi keberlangsungan bisnis. Pelanggan berhenti mendatangi restoran? Genjot layanan antar. Jasa harus kontak langsung dengan pelanggan? Terapkan protocol kesehatan dengan ketat seperti yang dikampanyekan oleh jasa ojek dan taksi online,” kata Apung.

Apung yang telah berkarier selama lebih dari 15 tahun di perusahaan-perusahaan konsultan Asia Tenggara, Jepang dan Eropa, seperti McKinsey, dan Deloitte, serta di berbagai perusahaan multinasional seperti PZ Cussons, Unilever, dan Toyota.

Lantas dalam People & relationship pancangkan prinsip, trust is the key, networking is the real asset.

Dalam hal ini, pandemi dapat menyebabkan employee distress pada karyawan yang dapat berdampak pada produktivitasnya.

Secara umum, employee distress terdiri dari kekhawatiran (anxiety), distraksi dalam kerja (work distractions), dan kekhawatiran finansial (financial conerns).

“Membangun rasa empati, transparansi, dan komunikasi dengan karyawan sangat penting untuk dilakukan oleh organisasi karena one size does not fit all,” katanya.

Solusi yang diterapkan oleh organisasi dalam menjaga keamanan pekerjanya dapat berbeda dengan solusi yang diterapkan pada organisasi lain.

Penerapan aspek ini misalnya, pengelola bisnis harus lekas menyadari bahwa pola activities atau work from home, bagi sebagian orang adalah impian yang jadi nyata, namun untuk lainnya layaknya beban tak berujung.

Memang, tidak semua karyawan cocok dengan pola activities from home atau remote working dengan beragam alasan masing-masing.

Entah mereka terdistraksi oleh lucunya tingkah si buah hati, atau faktor lingkungan sekitar yang sedemikian ramai sehingga mustahil untuk memusatkan perhatian.

Selanjutnya dalam aspek Process, act with speed, agility and security. Bertindaklah dengan cepat, gesit namun tanpa melupakan keamanan dan keselamatan pekerja maupun kelangsungan bisnis.

Contohnya, dari segi struktur organisasi & komunikasi, penting untuk mempercepat alur persebaran informasi agar organisasi senantiasa sigap dalam merespon, mengambil tindakan, mengeksekusi, dan melakukan iterasi.

“Dari segi finansial, penting untuk mengutamakan likuiditas dan meminimalisir cash burn.

Dari segi infrastruktur, kami belajar untuk memanfaatkan penggunaan teknologi untuk mengoptimalkan proses bisnis,” urainya.

Last but not least, jika ada yang mengatakan sia—sia berpromosi di masa pandemi, abaikan. There is no bad time for the right market.

Contohnya sudah bertebaran di dunia maya tentang keberhasilan orang maupun organisasi dalam menangkap peluang di masa pandemi ini.

Kuncinya, ya tentu saja, promosi.

“Pastikan berbagai aktivitas maupun medium promosi sudah berbasis online atau daring sehingga semua dilakukan dengan serba cepat, dan mudah.

Kami sendiri telah merasakan pentingnya melakukan customer centric marketing, mengoptimalkan customer experience dengan mengaplikasikan design thinking, dan mengaplikasikan strategi omnichannel marketing dalam menjangkau klien kami," katanya.

Lantas bagaimana, agar keempat elemen 4-P proposition, people, process, dan promotion tersebut dapat terus dijalankan secara berkesinambungan seraya terus ditingkatkan kualitasnya?

"Sederhana, kuncinya adalah komunikasi terus menerus kepada seluruh lapisan organisasi yang memungkinkan terciptanya koordinasi dan evaluasi secara kontinyu," katanya.

Disebutkan, tanpa komunikasi yang baik dan tertata, bisa dipastikan implementasi keempat elemen 4-P tersebut akan menjadi berantakan lantaran berjalan tanpa koordinasi dan kesamaan tekad dari seluruh pelakunya,” kata Apung.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini