TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teknologi memiliki peran penting untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Presiden Direktur Amar Bank, Vishal Tulsian mengatakan, saat bertemu calon nasabah, pergi ke rumah mereka dan bertanya mengapa Anda tidak membuka rekening bank, kami menemukan bahwa mereka mengelola arus kas mereka dengan sesuatu yang dikenal sebagai Jar Economy.
"Jadi di rumah mereka ada beberapa toples yang bertanda pendidikan, kebutuhan darurat, biaya makanan, dan lain-lain," kata Vishal Tulsian saat menjadi pembicara dalam Katadata - Indonesia Data and Economic (IDE) Conference 2021 belum lama ini.
Vishal menyebut penghasilan yang diperoleh kemudian dikategorikan dengan memasukkan uang kedalam toples yang telah ditandai sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka.
"Lalu ketika mereka membuka rekening bank, apa yang terjadi? Semua toples digabungkan, mereka mendapat satu nomor rekening dan sekarang mereka tidak dapat lagi mengelola arus kas mereka," katanya.
Vishal menyebutkan, setelah melakukan interview kepada millennials dan hambatan mereka dalam menabung, masalah kebanyakan adanya tekanan sosial yang mengakibatkan mereka memiliki gaya hidup yang sebenarnya tidak mampu mereka jangkau.
Baca juga: Pentingnya Transformasi Digital untuk Pemulihan UMKM
Masalah ini kemudian dibantu dengan meluncurkan produk digital banking Senyumku yang didalamnya terdapat pos-pos keuangan untuk memudahkan nasabah mengelola keuangannya serta kecerdasan buatan (AI).
Ini untuk memonitor kebiasaan pengeluaran, yang akan mengirimkan sinyal pengingat apabila nasabah memiliki pengeluaran yang berlebih atau tertinggal dari target keuangan yang telah mereka tentukan.
Sistem pengingat ini membuat mereka membentuk kebiasaan keuangan yang sehat.
"Inilah peranan data dan kecerdasan buatan (AI) dalam mewujudkan suatu bentuk literasi keuangan kedalam sebuah kebiasaan sehari-hari.
Hal ini yang membedakan Senyumku dari digital banking lainnya,” katanya.
Vishal Tulsian kembali menegaskan akan memperkuat posisi Amar Bank sebagai Bank Digital yang menghadirkan inovasi untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia.
Baca juga: Generasi Z dan Milenial Didorong Jadi Aktor Penggerak Inklusi Digital
Vishal Tulsian menambahkan, perbedaan antara bank digital dan bank konvensional, dengan 3 lini poin.
Pertama, bank konvensional dapat melakukan transaksi perbankan pada umumnya seperti menabung, mentransfer dan meminjam uang sementara bank digital bukan hanya sekedar internet banking, bank digital.
"Senyumku menyediakan keseluruhan rekening-rekening bank dalam satu tampilan, membantu nasabah untuk secara otomatis mengkategorikan pengeluaran untuk mengelola keuangan," katanya.
Kedua, perbedaan pengalaman atau experience yang dimana sekarang lebih banyak nasabah yang sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan atau cepat sehingga bank digital harus memberikan kemudahan bagi para nasabah.
"Kemudian perbedaan Pendekatan yaitu mindset dimana bank konvensional membuka cabang dan mengharapkan ‘nasabah datang ke Bank’, sedangkan Bank Digital ‘mendatangi nasabah," katanya.
Salah satu tantangan untuk bank pada umumnya dalam melakukan transformasi digital adalah adanya dua sisi yaitu sisi konvensional dan sisi digital dan juga kultur budaya di dalam perusahaan.
Menanggapi peran regulator dalam pengembangan perbankan digital saat ini, Vishal mengapresiasi dukungan dari OJK.
“OJK sangat suportif kepada kami, kedepannya kami mengharapkan dukungan dari pemerintah dan OJK dalam sentralisasi informasi nasabah yang dapat dicapai dengan teknologi blockchain.
Sehingga informasi tersebut dapat diakses oleh Bank dan tidak menutup kemungkinan juga oleh perusahaan e-commerce, fintech, digital wallet dan lainnya sehingga ekosistem digital di Indonesia dapat terus berkembang dan dapat memberikan pelayanan yang lebih kepada masyarakat," katanya.