Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirut Perum Bulog Budi Waseso mempertanyakan pihak yang meragukan kemampuan Bulog dalam menyerap beras petani secara baik.
“Yang menganggap Bulog tidak mampu melakukan penyerapan itu apa indikatornya? Mari bicara pakai data dan menggunakan pola berpikir ‘system thinking’ bukan fatalistis," kata Budi Waseso, Minggu (28/3/2021).
Buwas, begitu dia biasa disapa, meminta pihak yang tak yakin dengan kinerja Bulog agar membuat kesimpulan secara utuh.
"Jadi melihat suatu persoalan itu harus secara menyeluruh dan saling terkait. Jangan jumping conclusion,” ujarnya.
Baca juga: Ombudsman Sebut Ada Potensi Maladministrasi terkait Kebijakan Impor Beras
Budi Waseso mengatakan bahwa Bulog siap melaksanakan tugas yang diamanahkan pemerintah kepada institusinya.
Baca juga: Ekonom: Impor Beras Hanya Bebankan Bunga Utang Bulog
Dia juga menyampaikan terima kasihnya kepada Presiden Joko Widodo yang memberikan dukungan dalam melakukan penyerapan beras untuk stok pangan nasional.
Sebelumnya. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengaku akan berhenti dari jabatannya apabila keputusan impor beras satu juta ton keliru.
Menurut Mendag, langkah impor beras sudah dihitung secara sangat matang terkait ketersediaan beras atau iron stock di gudang Bulog.
"Saya mesti memikirkan yang tidak terpikirkan, saya mesti mengambil keputusan yang tidak populer, saya hadapi. Kalau memang saya salah, saya siap berhenti, tidak ada masalah,” katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Senin (22/3/2021).
Mendag menekankan, tugasnya memikirkan apa yang tidak dipikirkan dewan legislatif.
“Contohnya sekarang harga cabai naik apakah petani mendapatkan support? Tidak. Salah siapa? Salah saya juga. Bagaimana, orang Indonesi mau makan cabainya, cabai segar,” imbuhnya.
Mendag memastikan saat ini iron stock Bulog sudah sangat rendah, bahkan terendah sepanjang sejarah di bawah level 500 ribu ton.
Sedangkan penyerapan Bulog terhadap produksi petani sangat rendah yakni hanya 85 ribu ton dari target yang seharusnya 500 ribu ton di musim panen raya.
“Bukan salahnya Bulog, karena gabah hasil panen petani itu basah dan Bulog memiliki ketentuan untuk menyerapkan gabah yang kering sesuai ketentuan untuk disimpan di gudang,” tutur Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) tersebut.