TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Chatib Basri menilai pandemi Covid-19 adalah krisis yang direncanakan oleh pihak tertentu dengan mengarahkan banyak orang untuk tetap di rumah.
Chatib mengatakan, akibat dari meminta orang untuk tidak ke luar rumah maka yang terjadi yakni aktivitas ekonomi terhenti, kecuali bisa dilakukan secara digital.
"Saya harus katakan di sini bahwa krisis ini itu adalah sebetulnya krisis yang kita rencanakan. Mengapa? Karena untuk mengatasi pandemi ini, kita minta orang untuk tinggal di rumah," ujarnya dalam video conference, kemarin malam.
Menurut dia, ada implikasi bahwa social distancing atau istilahnya pembatasan sosial di Indonesia maupun negara lain bias ke orang kalangan menengah atas.
"Di negara lain diterapkan dengan bentuk yang jauh lebih ekstrem yang disebut sebagai lockdown, itu bias terhadap kelompok menengah atas. Mengapa? Karena kelompok menengah atas, mereka masih punya tabungan, bisa tinggal di rumah," kata Chatib.
Baca juga: Chatib Basri: Bisnis Hobi Menguntungkan, Pajak Properti Diturunkan Dorong Perekonomian
Mantan menteri keuangan ini menambahkan, untuk mereka kelompok menengah bawah itu tidak mungkin tinggal di rumah kecuali jika diberi uang.
"Jadi, ini menjelaskan mengapa PSBB di negara-negara yang perlindungan sosialnya masih punya masalah dan penduduknya banyak seperti Indonesia, seperti India, seperti latin Amerika itu mereka mengalami persoalan. Itu berbeda dengan negara seperti Singapura, Amerika Serikat, Australia yang punya social security baik," pungkasnya.