Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun mengungkapkan, Asosiasi Furniture dari China akan mengunjungi Indonesia untuk investasi di pertengahan April 2021.
Djauhari mengatakan, selain itu, hasil kunjungan tiga menteri sebelumnya cukup bagus dari China untuk komitmen ekspor dengan adanya penandatanganan untuk pembelian produk-produk pertanian dan furniture dari Indonesia.
"Nilainya sejumlah 1,38 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Lalu, komitmen investasi juga untuk sektor furniture dari Asosiasi Furniture di sini, tanggal 16 April mereka ke Indonesia," ujarnya secara virtual dalam acara "Dialog Gerakan Ekspor Nasional: Target Ekspor Negara Sahabat" yang digelar Tribun Network, Selasa (6/4/2021).
Asosiasi Furniture itu, lanjut dia, akan berinvestasi di industrial park sekira 1,3 miliar dolar AS serta ada juga komitmen investasi untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
"Investasi EV dengan CATL dan lain-lain konsorsium sekira 5 miliar dolar AS dengan Pak Erick menyaksikan.
Baca juga: Selebgram Winny Putri Lubis Geluti Bisnis Kuliner, Gandeng Ibunya sebagai Partner
Baca juga: Tiga Menteri Terbang ke China, Ini Rincian Kerja Sama yang Akan Dibahas
"Jadi lumayan hasil positif dari sini dan khusus mengenai perdagangan Indonesia dengan China, waktu saya pertama masuk ke sini, kita peringkat 5 di ASEAN. Jadi, saya juga tidak terlalu senang karena sebagai strategic comprehensive partnership mestinya kita di urutan pertama di perdagangan," katanya.
Sementara, kalau di investasi, Indonesia di urutan pertama serta pariwisata di urutan keempat dan akan terus didorong agar perdagangan dengan China meningkat signifikan dari urutan keempat sekarang.
Menurut data yang pihaknya peroleh volume perdagangan antara kedua negara sebesar 78,5 miliar dolar AS dan akan ditingkatkan menjadi 100 miliar dolar AS di 2024.
Dari volume perdagangan tersebut, ekspor Indonesia itu 37,4 miliar dolar AS atau naik 10,10 persen dibanding 2019 dengan volume impor masih sekira 41 miliar dolar AS.
"Jadi, defisit perdagangan kita sekarang itu sekira 3,6 miliar dolar AS atau menurun 60 persen dari angka 7 miliar dolar AS defisit perdagangan tahun sebelumnya (2019). Ini bisa ditutup dengan investasi yang masuk ke Indonesia, kita coba menyeimbangkan dalam konteks (defisit perdagangan) ini," pungkas Djauhari.