"Fakta di Indonesia ada perbedaan yang jauh antara yield perkebunan besar dengan petani swadaya. Tapi perusahaan-perusahaan besar sekarang sudah mulai melakukan integrasi dengan rantai pasoknya termasuk merangkul petani perkebunan kecil," ujar Fitrian.
Karena itu, diperlukan kebijakan agar kerjasama kemitraan ini bisa langgeng dan harus pula didukung kebijakan finansial.
"Misalnya, saat membongkar lahan tanaman lama diganti dengan tanaman baru, harus ada insentif finansial agar petani mitra tetap mendapat support finansial saat tanaman barunya belum produktif," jelasnya.
Fitrian memaparkan, salah satu mitra dalam kerangka TFA saat ini adalah perusahaan perkebunan Asian Agri.
"Dengan Asian Agri kami menjalin kerjasama sejak 4 tahun. Kita juga mendorong akselerasi legalitas lahan agar petani bisa mendapat akses pembiayaan ke perbankan," bebernya.
Insan Syafaat, Executive Director PISAgro menambahkan, kepada para mitra TFA pihaknya meminta agar mereka menjalankan kebijakan bisnis yang berkelanjutan dalam proses produksinya.
"Untuk peremajaan tanaman kelapa sawit sudah dimulai sejak 2015. Misalnya, seperti dilakukan Sinar Mas Group (PT Smart dan Golden Agri) karena ada tantangan produktivitas tinggi, terutama dari petani di luar plasma," ujarnya.
Dia juga menekankan, petani swadaya perlu dirangkul karena persentase mereka saat ini mencapai 40 sampai 45 persen dari total perkrbunan sawit di Indonesia.
"Inisiatif yang lebih luas melibatkan banyak pihak dan itu antara lain terjadi di level lanskap atau jurisdiksi seperti dilakukan di Kabupaten Siak, Riau, mendukung komitmen pemda menjadikan Siak sebagai kabupaten hijau," ungkap Insan.
Janne Siregar, Jurisdiction Lead TFA mengatakan, dalam konteks rantai pasok, tiga mitra TFA yaitu NESTE-GAR dan SPKS berupaya melakukan pemetaan petani sawit di 3 desa prioritas di Kabupaten Siak.
"Upaya ini bertujuan untuk melibatkan petani sawit ke dalam rantai pasok serta kedepannya mendukung petani yang teridentifikasi, dengan skema pendanaan, pemberdayaan pengetahuan agronomi dan akses pasar,: ungkap Janne.
Hal ini nantinya dapat membantu Pemerintah Siak dalam hal target replanting ataupun perlindungan hutan dan gambut.
"Upaya ini kami dokumentasikan untuk mendorong munculnya aksi kolektif yang lebih banyak untuk mendukung petani terlibat dalam upaya produksi yang berkesinambungan.” bebernya.
Rizal menambahkan, TFA membangun sinergi lebih dalam hanya stake holder di sektor tertentu saja. "Pengusaha paham bahwa growing sustainability memberikan insentif bagi keberlangsungan bisnis mereka," ungkapnya.