Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis kos-kosan eksklusif di Jakarta diyakini masih prospektif di masa mendatang.
Apalagi kos-kosan itu berada di kawasan kampus ataupun di sekitar perkantoran.
Ini pula yang mendorong, Cozy Coliving terus mengembangkan sayap membangun kos-kosan eksklusif.
Terakhir, Cozy Coliving menghadirkan Cozy VI di kawasan Kemanggisan.
"Kehadiran Cozy Coliving VI ini akan menjadi kabar baik buat para masyarakat, khususnya mahasiswa Bina Nusantara Kemanggisan dan daerah sekitarnya.
Juga karyawan yang berkantor di gedung perkantoran seperti di Palmerah, Sudirman, dan Slipi," kata Co Founder dan CEO Cozy Coliving Tommy Riady dalam keterangannya, Jumat (7/5/2021).
Cozy Coliving VI berdiri di tanah seluas 300 meter persegi dan memiliki 46 kamar dengan fasilitas sangat premium karena berbeda dengan cabang-cabang sebelumnya.
"Bangunan mengusung konsep smart home system dimana elektronik termasuk AC, Smart Tv, lampu kamar.
Kemudian lampu kamar mandi sudah terintegrasi melalui aplikasi dan bisa dikontrol melalui ujung jari smartphone," katanya.
Baca juga: Maruf Nilai Perlu Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Wujudkan Ekosistem Perwakafan Nasional
Baca juga: PROFIL Arief Muhammad, Tulis Surat Terbuka untuk Pemerintah, YouTuber yang Miliki Bisnis Kos-kosan
Cozy Coliving ini dibanderol dengan range harga mulai dari Rp3 juta sampai Rp 7 juta per bulan dan saat ini sudah memiliki 6 cabang yang berada di Pangeran Jayakarta, Tomang, Mangga besar, Sunter, Kemanggisan 1, Kemanggisan 2.
Dalam waktu dekat akan diluncurkan cabang ke 7 di Fatmawati bulan Juli, cabang ke 8,9,10 di Cideng di bulan Oktober, dan cabang ke 11,12,13 di Jelambar di bulan November.
"Hingga tahun 2025, pengelola Cozy Coliving atau kos eksklusif menargetkan memiliki 3.000 pintu," katanya.
Keberhasilan membangun sebuah Coliving exclusive tidak lepas dari peran seorang anak muda di balik proses eksekusinya yakni Co Founder dan CEO Cozy Coliving Tommy Riady.
Menurut Tommy Riady, ada 3 hal krusial yang perlu diperhatikan.
"Pertama, akuisisi property undervalued yang lokasinya bisa dibangun coliving serta cocok dengan target market yang dibidik.
Kedua, proses konstruksi yang cepat tapi juga tetap memperhatikan efisiensi lahan, efisiensi biaya, mutu dan kualitas bangunan, dan yang terakhir tidak kalah penting adalah management property.
"Sebab, sebagus apapun bangunan yang kita dirikan tak lepas dari perawatan bangunan yang rutin,” katanya.