Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Koordinator Warteg Nusantara Mukroni mengungkapkan, 75 persen dari 50 ribu pengusaha warung Tegal (Warteg) yang ada di wilayah Jabodetabek telah mudik lebaran sebelum 6 Mei 2021.
"Yang mudik hampir 75 persen dari total jumlah komunitas warteg yang ada di Jabodetabek. Kira-kira mungkin 50 ribu, sekarang tinggal 10 ribu. Jadi hampir 75 persen sudah pulang kampung," kepada Tribunnews.com, Jakarta, Jumat (7/5/2021).
Puluhan ribu pengusaha Warteg itu memutuskan untuk mudik dikarenakan kondisi perekonomian yang kian terpuruk di masa pandemi Covid-19.
Baca juga: Janji Pemerintah yang akan Beri Insentif kepada Pengusaha Warteg Jabodetabek Ditagih
Baca juga: Legislator PKB Minta Pemerintah Selamatkan Keberlangsungan Usaha Warteg
Di tengah situasi itu, pemerintah dinilai para pengusaha Warteg tidak dapat memberikan solusi terbaik dalam membenahi kondisi perekonomian masyarakat kelas bawah.
"Pemerintah tidak memberikan solusi terhadap perekonomian masyarakat bawah. Ramadan ini justru mereka (pengusaha warteg Jabodetabek) semakin terpuruk ekonominya," kata Mukroni.
"Oleh karena itu hampir separuh pengusaha warteg Jabodetabek sudah pulang, balik, sudah mudik, karena tidak ada yang diharapkan dari pemerintah," sambung Mukroni.
Selain itu, alasan lain para pengusaha Warteg di Jabodetabek memutuskan untuk mudik yakni tiadanya insentif dari pemerintah.
Selama ini, kata Mukroni, insentif-insentif yang ditawarkan pemerintah hanyalah sebuah janji yang tidak ada realisasinya.
"Berbicara insentif dari pemerintah itu hanya pencitraan, tidak ada itu di lapangan. Semuanya rakyat disuruh gerak sendiri. Mereka hanya omongan semua, tidak ada insentif yang diberikan. Sehingga mereka mudik," ujar Mukroni.
"Kalau mereka di Jabodetabek dapat insentif, mereka akan rela untuk tidak mudik," sambung dia.
Baca juga: Gulung Tikar, Pedagang Warteg Harap Masuk PEN
Baca juga: Penjualan Lesu dan Omzet Turun Terus, Pengusaha Warteg Pilih Pulang Kampung
Mukroni mengatakan, kondisi perekonomian pengusaha Warteg di Jabodetabek pada Ramadan ini semakin terpuruk dibandingkan Ramadan tahun lalu.
Hal ini dirasakan begitu berat bagi para pengusaha Warteg.
Itu dikarenakan harus membiayai kebutuhan hidup di Jakarta dan di kampung halaman.
"Pengangguran semakin banyak, daya beli semakin nyungsep, sehingga perekonomian semakin berat untuk pengusaha warteg. Sementara mereka terbebani dengan kehidupan di Jakarta dan di kampung," pungkas dia.