Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rupiah diprediksi bisa menguat hari ini dengan meredanya kekhawatiran pasar terhadap potensi pengetatan kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang lebih cepat.
Pengamat keuangan Ariston Tjendra mengatakan, akhir pekan lalu data tenaga kerja AS, nonfarm payrolls bulan Mei dirilis di bawah ekspektasi pasar.
"Hasil ini melegakan pelaku pasar terhadap kemungkinan the Fed akan melakukan tapering atau pengetatan moneter yang lebih cepat," ujar dia melalui risetnya, Senin (7/6/2021).
Baca juga: Rilis Data Cadangan Devisa Bikin IHSG Waswas, Cermati Saham Ini
Menurut dia, keputusan The Fed merujuk pada dua indikator yaitu tingkat inflasi di atas 2 persen dan data tenaga kerja sebagai pertimbangan untuk menyesuaikan kebijakan moneternya.
Angka inflasi di AS sudah menunjukkan angka di atas 2 persen karena membanjirnya likuiditas akibat stimulus besar di AS.
Baca juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 14.308 per Dollar AS, Berikut Kurs di 5 Bank
"Namun, The Fed beralasan bahwa inflasi itu hanya sementara. Fed melihat angka pekerjaan di AS belum kembali seperti sebelum pandemi, sehingga belum ada alasan cukup untuk memperketat kebijakannya saat ini," kara Ariston.
Di sisi lain, dia menjelaskan, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun pun menurun karena ekspektasi di atas ke bawah 1,60 persen yakni di kisaran 1,57 persen.
Kendati demikian, Ariston menambahkan, pelaku pasar masih mewaspadai isu tapering ini karena Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam pernyataan terbarunya, menyakini bahwa kenaikan tingkat suku bunga AS memberikan dampak yang baik bagi perekonomian AS.
"Dengan semua fakto itu, nilai tukar rupiah berpotensi menguat ke kisaran Rp 14.250 dengan potensi pelemahan ke kisaran Rp 14.330," pungkasnya.