TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjelaskan terkait total utang perusahaan-perusahaan pelat merah yang menembus angka sekitar Rp5.000 triliun.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menjabarkan, dari total tersebut terbagi menjadi dua macam jenis utang.
Yakni utang pendanaan dan utang non-pendanaan.
Baca juga: Kementerian BUMN Segera Pangkas Jumlah BUMN, dari 108 Menjadi 40 Perusahaan
Utang pendanaan, dicontohkan Arya, seperti penerbitan obligasi (surat utang) dan sebagainya.
Utang jenis tersebut di BUMN tercatat sekitar Rp2.000 triliun.
“Sekarang utang kita itu ada dua jenis. Sekarang ini banyak orang menggabungkan antara utang pendanaan yang ada bunga dan sebagainya, dengan utang non pendanaan,” jelas Arya dalam acara bincang-bincang bersama Partai Gelora, Kamis (10/6/2021).
“Utang pendanaan kita itu sekitar Rp2.000 triliun. Artinya itu surat utang atau yang ada bunganya,” sambungnya.
Sementara itu untuk utang non-pendanaan di BUMN tercatat berkisar Rp3.100 triliun.
Baca juga: Menteri BUMN Dorong SIG Jadi Penyedia Solusi Bahan Bangunan Berkelas Dunia
Lanjut Arya, utang non-pendanaan dicontohkannya seperti uang para nasabah yang disimpan di perbankan yang tergabung di Himpunan Bank Milik Negara atau Himbara (BRI, BNI, Mandiri, dan BTN).
“Kita juga punya utang non-pendanaan.Kalau dilihat ada Rp3.100 triliun,” ujar Arya.
“Nah ini yang sering digabungkan. Contohnya, orang menyimpan uang di bank. Kalau orang menyimpan uang di bank ya itu sudah pasti (termasuk) utang perbankan,” tegasnya.
Baca juga: Jokowi Telepon Kapolri, Dalam Hitungan Jam, 24 Pelaku Pungli di Jakut Ditangkap
Namun sampai dengan sejauh ini, Arya memastikan bahwa kondisi utang BUMN masih tergolong aman.
Karena Debt to Equity (rasio utang terhadap ekuitas/DER) masih di bawah angka kewajaran. Diketahui rasio utang berada pada posisi 0,7 persen, atau di bawah 1 persen.
“Kalau kesehatan struktur utang itu harus di bawah 1,5. Jadi DER harus di bawah 1,5 kali baru dikatakan sehat. Dan ini masih 0,7, jadi masih sekitar setengahnya dari yang memang batasnya utang BUMN,” ungkap Arya.
“Makanya kita katakan, posisi utang kita masih aman,” pungkasnya.