Kedua, Sektor Manufaktur yang terus memerlukan pekerjaan Buruh Industri Pengolahan, Operator Mesin Pengolahan Bahan Kimia, Perakit Mesin Mekanik, hingga Pembuat Kerajinan dari Tekstil, Kulit, dan Bahan.
Ketiga, Sektor Konstruksi yang membutuhkan Ahli Teknik Sipil, Mekanika, Arsitek Bangunan, Teknisi Teknik Mekanis, serta posisi-posisi lain di saat Indonesia tengah bergiat melakukan pembangunan infrastruktur.
"Dalam konteks inilah, pengalaman Program Kartu Prakerja sejak 2020 lalu mampu merespon apa yang menjadi kebutuhan dunia usaha, khususnya sektor perdagangan, terutama melalui pelatihan-pelatihan bidang pemasaran dan penjualan, serta teknologi informasi komunikasi," urai Sumarna.
Tantangan Ketenagakerjaan Indonesia
Pada kesempatan yang sama, Izza Mahrufah mengungkapkan tantangan ketenagakerjaan Indonesia menuju Visi Indonesia Emas 2045, terutama dengan adanya bonus demografi, atau melimpahnya sumber daya manusia usia produktif dibandingkan dengan negara-negara lain.
Izza menekankan, bonus demografi harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama sejak di bangku pendidikan.
"Saat ini jumlah penduduk usia produktif yang tergolong angkatan kerja di Indonesia sebanyak 138 juta orang. Sayangnya, kondisi daya saing SDM kita masih terhitung rendah dibanding negara-negara tetangga," kata pakar ekonomi sumber daya manusia itu.
Menurut Izza, rendahnya daya saing sumber daya manusia dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan tenaga kerja Indonesia, khususnya pada tataran pendidikan dasar dan menengah.
'Karena itulah, tenaga kerja kita perlu didorong agar tak hanya mencari pekerjaan dengan pendidikan yang diperoleh tapi juga mampu membuka peluang bekerja maupun berwirausaha, terutama saat ekonomi mulai pulih pascapandemi tahun depan," kata Doktor Ekonomi dari Universitas Diponegoro ini.
Izza menyatakan, program ‘Merdeka Belajar, Kampus Merdeka’ yang diluncurkan pemerintah membuka jalan untuk mengejar ketertinggalan itu.
"Dunia pendidikan bergerak dari yang selama ini hanya dicap cenderung mengajarkan teori. Pertama, adanya program magang dan kewirausahaan yang mengirimkan mahasiswa ke dunia industri memberi masukan pada kampus, seperti apa sebenarnya tenaga kerja yang dibutuhkan pasar?” kata Izza.
Kedua, tak hanya mahasiswa, dosen pun harus bergerak keluar, misalnya dengan menjalani ‘Sabbatical Leave’, yakni cuti mengajar selama 3-6 bulan dan menjalani magang di perusahaan, untuk melihat langsung seperti apa kebutuhan pasar kerja.
Ketiga, dosen praktisi dari Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) bisa masuk ke kampus, memberikan pelajaran langsung kepada mahasiswa melalui simulasi dan studi kasus.
Sementara itu, Reynata yang mengepalai portal lowongan kerja Jobs.id serta Karir.com memaparkan adanya peningkatan permintaan pasar kerja yang sangat signifikan di lini manufaktur, produksi, teknologi informasi dan logistik.
Baca juga: CARA Ikut Pelatihan Kartu Prakerja Gelombang 17, Harus Tonton Video di Dashboard Akun
"Kita sangat optimistis, karena permintaan kerjanya bisa naik sampai delapan kali lipat. Jadi, hingga 2023 tren penyerapan industri untuk tenaga kerja baru akan terus bertambah," tegasnya.