Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III selaku holding Perkebunan Nusantara melihat Indonesia berpotensi dibanjiri impor gula sebesar 6,6 juta ton pada 2030, jika saat ini tidak memperbaiki produksi gula nasional.
"Kami agak takut melihat bayangan ke depan, baik dari sisi kebutuhan gula, kami ada proyeksi 2030 kebutuhan gula capai 9,7 juta ton. Tanpa melakukan seksama, maka akan terjadi kenaikan impor menjadi 6,6 juta ton," kata Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Mohammad Abdul Ghani saat rapat dengan Komisi VI DPR di Komplek Parlemen, Senin (21/6/2021).
Baca juga: PTPN III Undang Investor Revitalisasi Pabrik Gula, Butuh Rp 20 Triliun
Menurutnya, upaya revitalisasi pabrik gula dan perbaikan pendapatan petani tebu sangat diperlukan untuk mencapai target yang diinginkan pemerintah terkait swasembada gula pada 2025.
"Pendapatan petani jangan sampe lebih rendah dari komoditas lain. Karena bagaimapun juga, lima tahun terakhir luas area tebu berkurang dari 450 ribu hektare menjadi 420 ribu hektare, karena menjadi petani tebu tidak menarik," ujarnya.
"Artinya selagi budidaya tebu tidak menghasilkan kesejahteraan dari padi, maka petani akan beralih ke komoditas lain," sambung Ghani.
Terkait revitalisasi pabrik gula, kata Ghani, holding Perkebunan Nusantara mengajak investor ikut revitalisasi pabrik-pabrik gula yang dimiliki PTPN.
"Jadi dari 43 pabrik gula, nantinya kami kolaborasikan sekitar 35 pabrik gula dengan investor," kata Ghani.