Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alat skrining Covid-19 yaitu GeNose C19, dinilai Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) memiliki akurasi rendah dalam mendeteksi virus.
YLKI pun mengusulkan pemeriksaan GeNose C19 sebagai syarat untuk melakukan perjalanan diganti dengan metode rapid test antigen.
Terkait hal tersebut, PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang menggunakan alat skrining Covid-19 ini tidak dapat memberikan komentar mengenai hal tersebut.
Baca juga: YLKI Minta Penggunaan GeNose Distop, Ada Apa?
VP Public Relations PT KAI Joni Martinus mengatakan, pihaknya tidak dapat memberikan tanggapan karena bukan ranah perusahaan mengenai masalah itu.
"Hal tersebut sebaiknya ditanyakan ke Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid-19," kata Joni saat dihubungi Tribunnews, Kamis (24/6/2021).
Baca juga: Layanan GeNose C19 untuk Penumpang Pesawat Kini Hadir di 18 Bandara Angkasa Pura II
GeNose C19 sendiri di Indonesia telah digunakan pada setiap moda transportasi, mulai dari darat, udara, laut dan juga perkeretaapian.
Alat skrining yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menjadi alternatif para pelaku perjalanan untuk melakukan tes kesehatan sebelum bepergian dengan transportasi umum.
Baca juga: Menko Muhadjir Coba Pemeriksaan GeNose C19 di Stasiun Gambir Jelang Keberangkatannya ke Purwokerto
Harga yang ditawarkan untuk satu kali tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 pun tergolong murah, mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu sesuai dengan transportasi yang digunakan.
Layanan GeNose C19 ini pun dapat digunakan oleh pelaku perjalanan di simpul transportasi, yaitu di pelabuhan, bandara, terminal dan stasiun kereta api.
Meski begitu, YLKI mengkhawatirkan bahwa akurasi hasil tes GeNose yang rendah karena bisa menghasilkan hasil negatif yang palsu.
Ketua YLKI Tulus Abadi menegaskan, faktor harga seharusnya bukan pertimbangan utama. Sebab, hal ini terkait dengan keselamatan dan keamanan seseorang. Oleh karena itu, Tulus mengusulkan tes Covid-19 menggunakan antigen.
Ditolak
Tulus Abadi sebelumnya meminta penggunaan GeNose disudahi.
Menurutnya, GeNose memiliki tingkat akurasi yang rendah sehingga berpotensi menimbulkan false negatif.
"GeNose untuk syarat perjalanan atau syarat lainnya, sebaiknya distop saja. Banyak kasus akurasinya mengindikasikan rendah dan dikhawatirkan menghasilkan negatif palsu," kata Tulus dikonfirmasi Tribunnews.com, Selasa (22/6/2021).
YLKI menilai faktor harga semestinya bukan menjadi pertimbangan utama alat buatan para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) digunakan menggantikan alat lainnya yang lebih secara akurasi lebih teruji.
"Untuk apa harga murah jika mengancam keamanan dan keselamatan diri dan orang lain?
Sebaiknya pilihan antigen (minimal) demi keamanan dan keselamatan bersama," tutur Tulus.