Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air, sejumlah industri pengolahan nonmigas Indonesia masih melakukan perluasan usaha.
Hal ini tercermin dari capaian Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Juni yang berada di level 53,5.
Merujuk data IHS Markit, PMI manufaktur Indonesia bulan Juni ini masih lebih tinggi dibanding PMI manufaktur ASEAN yang berada di level 49,0.
PMI manufaktur Indonesia juga mengungguli PMI manufaktur Filipina (50,8), Thailand (49,5), Singapura (46,5), Vietnam (44,1) dan Malaysia (39,9).
Bahkan, PMI manufaktur Indonesia di atas PMI manufaktur China (51,3), Jepang (52,4) dan India (50,8).
Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh IHS Markit tersebut, PMI di atas 50 menunjukkan geliat industri manufaktur dinilai ekspansif.
Baca juga: Pembangunan Industri Sawit Nasional Diminta Berbasis Pemberdayaan Petani
"Kita perlu bersyukur bahwa sektor industri manufaktur masih ekspansif. Artinya, masih ada gairah usaha di tengah dampak peningkatan kasus Covid-19," tutur Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Kamis (1/7/2021).
Baca juga: Berdagang dengan Swiss, Indonesia Surplus, Ini 10 Komoditas Ekspor Utamanya
Dalam delapan bulan terakhir, PMI manufaktur Indonesia terus berada di atas angka 50. Artinya, industri manufaktur di dalam negeri berada dalam level ekspansif, bahkan agresif.
"Pertumbuhan industri diharapkan akan mencapai titik positif pada kuartal II tahun ini," ungkap Agus.
Baca juga: Menperin Resmikan Pabrik Daur Ulang Plastik PET Terbesar di Pasuruan, Investasinya Rp 600 Miliar
Kinerja gemilang sektor industri manufaktur di Tanah Air, misalnya terlihat pada nilai ekspor industri pengolahan yang tercatat mencapai 66,70 miliar dolar AS pada Januari-Mei 2021, naik 30,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar 51,10 miliar dolar AS.
Dari capaian 66,70 miliar dolar AS tersebut, industri pengolahan memberikan kontribusi paling tinggi, yakni 79,42 persen dari total ekspor nasional yang berada di angka 83,99 miliar dolar AS.
Besarnya proporsi ekspor produk industri pengolahan sekaligus menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran ekspor Indonesia dari komoditas primer kepada produk manufaktur yang bernilai tambah tinggi.
"Artinya, Indonesia telah melakukan transformasi ekonomi, tidak lagi menjadi negara pengekspor bahan mentah, tetapi produk jadi atau barang setengah jadi," ungkapnya.