Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Startup Lab Development Center (SLDC) Bobby Afifuddin menilai holding BUMN Ultra Mikro (UMi) akan memperluas akses permodalan usaha wong cilik.
Menurutnya, holding ultra mikro memberikan layanan pembiayaan yang murah, mudah, dan efisien, serta diyakini mampu mengangkat peran koperasi di Indonesia.
“Saya pikir (holding BUMN UMi) menjadi oase bagi pelaku usaha kecil dalam hal akses permodalan,” ujar Bobby kepada wartawan, Jumat (2/7/2021).
Bobby menuturkan saat ini di masyarakat menjamur lembaga pembiayaan namung menerapkan bunga cukup tinggi dan membebani keuangan pelaku usaha UMi maupun UMKM.
Baca juga: Koperasi Kredit Deklarasi Tolak Pembentukan Holding Ultra Mikro, Alasannya Ini
Bobby menegaskan kehadiran holding BUMN UMi diharapkan menciptakan pula ekosistem layanan jasa produk keuangan yang kompetitif dan formal sesuai regulasi pemerintah.
Baca juga: Holding Ultra Mikro Dinilai Ciptakan Sentra UMKM di Luar Pulau Jawa
Holding BUMN UMi yang melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI, PT Pegadaian (Persero), serta PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM, ke depan dapat mengakomodir ruang-ruang yang selama ini tak mampu ditutupi lembaga pembiayaan keuangan mikro lainnya.
Baca juga: Ekonom: Ini Bukan Holding Ultra Mikro, Ini Akuisisi BRI
“Termasuk koperasi di dalamnya. Saya rasa holding bisa meningkatkan efisiensi perluasan akses pembiayaan mikro,” ujar dia.
Menurutnya, pandangan aksi korporasi tersebut tidak pro rakyat kecil dan akan melemahkan koperasi serta UMKM sangatlah tidak berdasar.
Dia mencontohkan keberhasilan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam membantu perekonomian masyarakat bawah.
"Holding ultra mikro nantinya menjalankan program penyaluran dana bantuan dan keuangan semacam KUR akan semakin terintegrasi dan mempermudah masyarakat," imbuhnya.
Mengutip data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah unit usaha mikro termasuk ultra mikro di dalamnya mencapai 65,46 juta pada 2019.
Dengan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 109,8 juta jiwa. Jumlah koperasi hingga Desember 2020 tercatat 127.124 yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia dan jumlah anggota mencapai 25,09 juta.