Berbagai terobosan yang dilakukan oleh Fransiska juga membuatnya dinobatkan sebagai salah satu dari sepuluh wirausahawan perempuan di bidang teknologi inspiratif di Asia Tenggara versi Forbes. Fransiska juga pernah bekerja sebagai Head of Engineering di Mamikos.
Gali potensi perempuan Indonesia melalui WomenWorks
Berkarier selama 9 tahun di dunia teknik yang didominasi oleh maskulinitas laki-laki membuat Fransiska kerap mendengar pernyataan yang sangat seksis seperti “lead barunya perempuan.” Pernyataan semacam itu seringkali membuat perempuan tak percaya diri.
Pada saat yang sama, Fransiska merasakan sulitnya menemukan mentor perempuan. Padahal, mentorship memiliki peranan penting dalam perjalanan karier seseorang, termasuk dalam merintis startup.
Berangkat dari keinginan untuk give back agar dapat membantu perkembangan karier perempuan di Indonesia, Fransiska menginisiasi WomenWorks di bulan April 2020 bersama kedua co-founder lainnya, Windy Natriavi dan Nadhira Audrelya.
Dengan slogan ‘bad-ass, connected, and financially independent’, WomenWorks menawarkan mentorship, masterclass, serta membuka kesempatan perempuan Indonesia untuk menjalin koneksi dengan satu sama lain.
WomenWorks menjadi in-app mentorship pertama di Indonesia, di mana para pengguna dapat mendaftar untuk sesi mentoring serta terhubung langsung dengan para mentor di WomenWorks melalui aplikasi.
Sebagai sebuah platform untuk women empowerment, WomenWorks tidak hanya menggaet perempuan sebagai mentor, namun juga laki-laki yang menjadi women ally dan tertarik untuk memahami serta mendukung perkembangan perempuan Indonesia.
Sejak didirikan pada April 2020, WomenWorks terus berkembang dengan total 320+ mentee, 500+ sesi mentoring, dan bekerja sama dengan lebih dari 30 brand. Bahkan, ada juga mentee yang beralih dari menjadi seorang mentor bersama WomenWorks.
Tidak takut pada tantangan
Fransiska mengalami titik terendah ketika mendirikan startup keduanya. Saat itu, terdapat tantangan seperti team member yang tidak commit hingga investor yang kurang yakin. Akan tetapi, semua tantangan tersebut tidak menghentikan langkahnya.
Ia terus berjalan sambil meyakinkan semua pihak, termasuk investor, bahwa ia dan perusahaan rintisannya akan bertahan. Melihat besarnya peluang yang ada di industri engineering, Fransiska mendorong perempuan Indonesia untuk berani berkarier dan berkembang di bidang ini.
Untuk para perempuan yang ingin dan sedang berupaya membangun startup, ia menyebutkan bahwa kunci pentingnya adalah percaya diri dan berani mengklaim prestasi yang telah diraih.
Baginya, dalam memulai sebuah startup, hal yang penting adalah memiliki skill, berangkat dari permasalahan untuk diselesaikan, memiliki anggota tim dan dan partner yang dapat diandalkan, serta terus bekerja keras untuk melewati masa-masa sulit.