News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kepala BPPT: Permintaan Logam Sangat Tinggi untuk Mobil Listrik Hingga Energy Storage

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, dalam webinar bertajuk 'Eksplorasi Mineral Laut Dalam Di Indonesia: Potensi, Kebijakan, Tantangan dan Teknologi', Kamis (22/7/2021).

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memiliki potensi mineral laut yang begitu besar, perairan Indonesia diketahui menyimpan potensi mulai dari emas, perak hingga nodul mangan.

Lalu apakah eksplorasi dan eksploitasi terhadap potensi mineral laut Indonesia ini penting untuk masa depan?

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan bahwa mineral laut sangat penting untuk menjadi elemen pendukung dalam upaya mengembangkan teknologi ramah lingkungan.

Menurutnya potensi mineral laut yang dimiliki Indonesia bisa dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku dalam pembuatan kendaraan listrik.

Satu di antara sekian banyak potensi mineral laut yang bisa dieksplorasi dan dieksploitasi adalah logam.

Karena pada kedalaman laut di bawah 200 meter, tersimpan banyak kandungan logam yang bisa digunakan sebagai komponen baterai.

"Mengapa mineral laut dalam menjadi sesuatu yang menarik dan penting? Hal ini sebagian besar disebabkan adanya kenyataan karena menipisnya deposit mineral terestrial untuk logam, seperti tembaga, nikel, aluminium, mangan, seng, litium dan kobalt," ujar Hammam, dalam webinar bertajuk 'Eksplorasi Mineral Laut Dalam Di Indonesia: Potensi, Kebijakan, Tantangan dan Teknologi', Kamis (22/7/2021).

Baca juga: Stamilic Inovasi Suplemen Kesehatan BPPT, Diklaim Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Hammam menyebut potensi logam yang melimpah ini tentu bisa memberikan keuntungan bagi Indonesia.

Karena saat ini permintaan terhadap logam sangat tinggi lantaran bisa digunakan sebagai komponen berbagai produk, satu di antaranya kendaraan listrik.

"Dan kita tahu permintaan terhadap logam ini sangat tinggi karena digunakan oleh berbagai produk, ada mobil listrik, turbin angin, panel surya, hingga tempat penyimpanan energi listrik," kata Hammam.

Tidak hanya itu, ia menyampaikan bahwa untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, Bank Dunia memperkirakan setidaknya dibutuhkan lebih dari 3 miliar ton logam penting untuk bisa menerapkan teknologi penyimpanan energi (energy storage) hingga tenaga surya.

"Bank Dunia memperkirakan kita akan membutuhkan 3 miliar ton dari logam penting ini untuk menerapkan energy storage, tenaga surya dan lainnya untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim," tegas Hammam.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dirjen Minerba ESDM) Ridwan Djamaluddin menyampaikan bahwa saat ini Indonesia memang perlu meningkatkan eksplorasi potensi mineral laut dalam di perairan Indonesia.

"Kalau untuk sumber daya hayati, saya kira sudah lumayan banyak kita lakukan. Namun sumber daya mineral ini masih harus kita gencarkan," kata Ridwan.

Baca juga: Fraksi PKS Dorong Pemerintah Libatkan BPPT Kembangkan Teknologi Tangkal Kebocoran Data Publik

Ia mengakui bahwa kegiatan eksplorasi untuk mineral di laut dalam Indonesia saat ini masih tergolong sangat sedikit.

Padahal potensi mineral laut di perairan Indonesia sangat besar.

Hingga saat ini, eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan hanya terbatas pada pasir laut saja.

Sementara beberapa lainnya terkait dengan pertambangan timah.

"Kegiatan kita ada di laut untuk mineral menurut saya masih terlalu minimalis. Yang banyak kita lakukan sekarang, lebih kepada eksplorasi dan eksploitasi pasir laut, beberapa ada kegiatan pertambangan timah, di luar itu kita belum banyak," jelas Ridwan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini