"Persoalannya bukan diperpanjang PPKM atau tidak, tapi soal kepastian. Sekarang dibuka kami siap, tapi nanti tiba-tiba disuruh tutup, ini sudah 12 kali PSBB ataupun PPKM," papar Emil.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) juga memperkirakan 1.500 lebih restoran telah tutup secara permanen akibat pandemi Covid-19 dan pembatasan pergerakan orang.
Emil Arifin mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan internal pada tahun lalu, ada 1.033 restoran tutup permanen, dan sekitar 400 tutup sementara.
"Kalau saya pikir berdasarkan survei tahun lalu, sekarang mungkin sudah lebih dari 1.500 restoran yang tutup permanen," tutur Emil.
Menurutnya, restoran yang berada di daerah Jabodetabek paling banyak ditutup secara permanen, dengan jumlah karyawan satu restoran sebanyak 20 sampai 30 orang.
"Kalau yang bertahan, satu restoran itu misalnya 20 karyawan, sekarang jadi enam orang saja. Itu juga karyawan tetap, tidak ada lagi pekerja harian, atau yang kontrak," tutur Emil.
Oleh sebab itu, Emil berharap pemerintah memberikan kompensasi terhadap beban-beban pengusaha restoran seperti biaya sewa, pajak, dan lainnya agar bisa tetap bertahan.
Baca juga: Hikmah di Masa Pandemi, Menteri PPPA: Bisa dengar Suara Anak dari Seluruh Indonesia
"Kami juga minta subsidi upah untuk karyawan, langsung diberikan kepada mereka. Karena beban besar restoran itu ada digaji karyawan dan biaya sewa, itu yang pengeluaran pasti," papar Emil.
Sementara itu, Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Guntur Subagja Mahardika menjelaskan pandemi Covid-19 yang telah melanda Indonesia telah mematikan sejumlah sektor usaha, dan hal ini menuntut pelaku usaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menjalankan roda bisnisnya.
"Pandemi Covid-19 memiliki dampak besar terhadap ekonomi, kita dituntut kreatif dan inovatif untuk bangkit," ujar Guntur.
Guntur melihat, terdapat peluang usaha yang dapat ditangkap masyarakat atau generasi muda di tengah pandemi, seperti sektor pangan, pertanian, peternakan, perikanan, industri kreatif, perlengkapan kesehatan, logistik, dan digital.
Oleh sebab itu, Guntur melihat tren kewirausahaan saat ini dan ke depan yaitu kewirausahaan sosial yang merupakan kegiatan ekonomi dikelola profesional, namun menghasilkan untung dan memberikan dampak sosial besar.
"Kewirausahaan sosial harus menghasilkan profit tapi memiliki dampak sosial besar serta berkelanjutan," ucap Guntur yang juga sebagai Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI).
Ia menyebut, Wakil Presiden Ma'ruf Amin terus mendorong tumbuhnya kewirausahaan, karena hal ini menjadi salah satu kunci penentu keberhasilan pembangunan ekonomi.
Selain itu, kata Guntur, para wirausaha di dalam negeri juga dituntut mengoptimalkan digital dalam usahanya agar terus bertumbuh dan menjangkau semua daerah.
"Pandemi Covid-19 telah mempercepat penerapan teknologi digital di semua sektor," ucap Guntur.(Tribun Network/sen/wly)