Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kini, investasi telah menjadi salah satu kegiatan yang digandrungi oleh generasi milenial.
Dewasa ini, banyak pilihan atau jenis investasi yang seringkali membuat investor milenial bingung memilih.
Apalagi, kalau milenial tersebut baru pertama kali melakukan kegiatan investasi.
VP Retail Sinarmas Sekuritas Arief Maulana mengatakan, hal terpenting dalam melakukan investasi adalah tujuan dari investasi itu sendiri berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan.
Bila dicontohkan misalnya, dalam jangka waktu 3 – 5 tahun, investasi keuangan yang dilakukan bakal digunakan untuk menikah atau melanjutkan pendidikan.
“Yang terpenting tujuan investasi itu apa. Pada saat investasi, kita harus punya tujuan. Kalau kita tidak punya tujuan, itu namanya spekulasi,” ujar Arief dalam acara Sinarmas Sekuritas secara virtual, Selasa (28/7/2021).
Baca juga: Pegadaian Kanwil VIII Jakarta 1 Siapkan Pembiayaan Haji dan Investasi Emas untuk PNS Pemkot Bekasi
Lanjut Arief, dirinya kerap menemukan berbagai kasus di tengah-tengah masyarakat.
Mereka banyak sekali yang memiliki pola pikir ketika melakukan investasi akan menghasilkan profit yang besar, tanpa memikirkan resiko-resiko atau kerugian yang akan dihadapinya.
“Maka dari itu, anak muda jangan terjebak di spekulasi. Inginnya return setinggi-tingginya, dan maunya tingkat kerugian serendah-rendahnya,” ujar Arief.
Kemudian dirinya melanjutkan, setelah memiliki tujuan yang jelas dalam berinvestasi, barulah kemudian memilih jenis investasi yang akan dipilih.
Ketepatan memilih instrumen investasi penting dilakukan untuk memahami tujuan investasi dan melakukan perencanaan matang.
Sebagai informasi, terdapat beberapa jenis investasi yang populer di Indonesia.
Seperti deposito, properti, emas, reksadana, obligasi, dan saham.
Khusus investasi saham, diperlukan edukasi yang cukup agar terhindar dari risiko-risiko yang tidak diinginkan.
Seperti dilansir Kompas, Investasi saham merupakan salah satu instrumen investasi yang high risk atau tinggi risiko.
Hal ini mengingat fluktuasi di pasar saham yang terjadi setiap hari akan mempengaruhi imbal hasil dari saham yang dimiliki.
Di sisi lain, dalam berinvestasi saham tentunya bisa memberikan return yang paling agresif dan menarik diantara instrumen investasi lainnya.
Investor juga perlu memantau pergerakan harga saham, kondisi perusahaan, dan juga sentimen yang muncul.
“Jadi, jangan pernah bertanya kepada diri sendiri berapa keuntungan yang kita inginkan. Tetapi, kita harus mampu memberikan toleransi terkait resiko kehilangan sesuatu,” pungkas Arief.