TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perumnas menuntaskan pembayaran Medium Term Notes (MTN) III 2016 yang jatuh tempo pada 22 Juli 2021 dan MTN II 2016 yang jatuh tempo pada 4 Agustus 2021 dengan nilai masing-masing sebesar Rp 150 miliar dan Rp 230 miliar.
Pelunasan MTN ini merupakan bentuk komitmen Perumnas dalam menjaga kredibilitas serta reputasi pembayaran.
Budi Saddewa Soediro, Direktur Utama Perum Perumnas mengatakan, beberapa langkah strategi sudah kami siapkan sebelumnya untuk pembayaran MTN tersebut.
Sama halnya dengan pembayaran MTN-MTN terdahulu, pihaknya selalu komitmen dalam segala bentuk kinerja termasuk urusan pembayaran pelunasan MTN.
"Kami akan selalu menjaga kredibilitas dan reputasi kami terkait hal ini kepada para investor tentunya,” tutur Budi Saddewa Soediro, Selasa (10/8/2021).
Budi menjelaskan, pihaknya telah merestrukturisasi utang atas outstanding pinjaman perbankan dan institusi BUMN untuk dapat memperbaiki performa keuangan.
Baca juga: Backlog Perumahan Terjadi di Generasi Milenial, Begini Strategi Perumnas Penuhi Kebutuhan Mereka
Implementasi atas transformasi bisnis dan operasi sedang dilakukan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan dan peningkatan kinerja perusahaan secara jangka panjang.
Baca juga: Tapera, BTN dan Perumnas Tawarkan 3 Skema Kredit Pemilikan Rumah
Saat ini peringkat utang Perumnas menempati idBBB- untuk kemampuan keuangan yang dikeluarkan Pefindo.
Menurut Budi, ini artinya Perumnas memiliki kemampuan memadai untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dan memiliki kepentingan strategis terhadap pemerintah namun masih memiliki tekanan likuiditas yang tinggi akibat dari pandemi Covid-19.
Baca juga: Hunian Rumah Tapak Paling Dicari di Masa Pandemi Covid-19
"Hal ini mengindikasikan walau perlambatan terjadi di tengah pandemi yang masih berlangsung ini Perumnas mampu bertahan dan menggenjot kinerjanya untuk mengejar target,” lanjut Budi.
Beragam terobosan dan inovasi terus digenjot salah satunya dengan konsep hunian terintegrasi transportasi atau yang familiar dengan sebutan TOD (Transit Oriented Development).
Pihaknya juga membuat terobosan sistem precast untuk pembangunan rumah tapak yang membuat proses konstruksinya menjadi lebih cepat, rapi, dan kualitas yang lebih baik.
Budi mengatakan, BUMN-nya juga menjadi pelopor revitalisasi pertama di Indonesia, meremajakan rumah susun lama menjadi hunian vertikal yang kapasitasnya lebih besar, melengkapi sarana prasarana sesuai dengan peruntukan serta dengan kualitas bangunan yang excelence.
Sejalan dengan transformasi bisnis yang dilakukan, BUMN ini diproyeksikan dapat beroperasi dengan lebih baik sehingga mendapatkan peningkatan operating cash flow dalam tahun-tahun mendatang sehingga dapat melakukan pembayaran utang restrukturisasi sesuai dengan schedule yang telah ditetapkan.
Baca juga: Adhi Commuter Properti Telah Garap 12 Kawasan Berbasis TOD
Budi menjelaskan, percepatan penjualan persediaan eksisting Perumnas diharapkan stabil progresif selama tahun 2021 hingga 2024 dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas dan arus kas.
Jumlah persediaan nasional Perumnas baik itu jenis Rumah Siap Huni dan Rumah Dalam Pembangunan sekitar 16 ribu unit, atau setara dengan potensi Pendapatan sebesar Rp 4,9 triliun.
"Segala bentuk transformasi bisnis sedang kami lakukan, seperti digitalisasi marketing, peningkatan strategi partnership maupun penerapan sistem terintegrasi pada proses bisnis agar seluruh target dan pencapaian kinerja Perumnas dapat tercapai dan terus membaik,” papar Budi.
Budi menegaskan, semua upaya tersebut merupakan bentuk komitmen perusahaannya untuk menjalankan penugasan Pemerintah dalam menyediakan hunian masyarakat Indonesia.
Menurutnya, pengalaman yang sudah tidak diragukan lagi menjadi developer serta terobosan inovasi yang sedang digarap akan menjadi pijakan Perumnas untuk menghadirkan hunian yang terjangkau di berbagai kota dengan kualitas yang juga baik.