Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PAM Mineral Tbk (NICL) berkeyakinan kinerja operasional akan lebih meningkat dibandingkan tahun lalu ditopang oleh kenaikan harga nikel di 2021.
Harga nikel tercatat mengalami penguatan 15,8 persen secara tahun berjalan atau year to date (ytd) di 19.207 dolar Amerika Serikat (AS) per ton.
"Kinerja operasional diperkuat oleh semakin meningkatnya harga nikel di tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020," ujar Corporate Secretary NICL Suhartono melalui keterangan resmi, Rabu (18/8/2021).
Dia menjelaskan, perusahaan baru saja mencatatkan laporan keuangan 2020 yang telah diaudit yakni perolehan laba operasional sebesar Rp 45,8 miliar.
Baca juga: Permintaan Nikel Diproyeksikan Melonjak Tajam Melebihi Kemampuan Pasok
Angka tersebut lebih tinggi 36,6 persen dibandingkan laporan keuangan belum audit sebelumnya yang hanya mencatatkan laba operasional Rp 33,5 miliar.
Baca juga: STAL Siap Jadi Terobosan Teknologi Pengolahan Nikel yang Ramah Lingkungan
"Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit, NICL mencatatkan laba bersih di 2020 sebesar Rp 32 miliar. Lebih tinggi 12,5 persen dibandingkan laporan keuangan (belum audit) sebelumnya Rp 28,4 miliar," kata Suhartono
Baca juga: Tiran Group Teken Kontrak Pembangunan Smelter Nikel Senilai Rp 1,8 Triliun
Peningkatan laba bersih produsen nikel ini disebabkan adanya penurunan nilai beban pokok penjualan pada laporan keuangan belum audit di 2020 yang tercatat sebesar Rp 147,9 miliar.
Sedangkan, berdasarkan laporan audit NICL, beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp 116,6 miliar atau lebih rendah 21,2 persen.
Hal itu juga menopang gross profit dan operating profit lebih besar dibandingkan yang tercatat pada buku yang belum audit sebelumnya.
Suhartono menambahkan, margin gross profit dan operating profit NICL masing-masing sebesar 50,3 persen dan 36,6 persen.
NICL juga mencatatkan nilai aset lancar yang lebih tinggi pada laporan buku audit sebesar Rp 124,1 miliar, lebih tinggi 11,9 persen dibanding saat belum audit Rp 110,8 miliar.
"Kondisi tersebut disebabkan karena posisi nilai uang muka dan dibayar dimuka yang mengalami kenaikan dari Rp 1,9 miliar menjadi Rp 23 miliar."
"Secara keseluruhan, NICL mencatatkan nilai total asetnya sebesar Rp 189,7 miliar atau lebih tinggi 7,7 persen dari laporan keuangan sebelum audit," pungkasnya.