"Semua industri terkait akan berjalan, pajak dan pendapatan negara akan meningkat, lapangan pekerjaan terbuka lebar dan ekonomi masyarakat akan lebih baik," tambahnya.
Effendy Tios menegaskan, PT SILO sebagai perusahaan dalam negeri yang berkomitmen terus menjadi perusahaan Nasionalis tidak akan menjual izin tambang atau saham ke perusahaan asing.
"Dalam kerja sama ini, SILO menjadi suplayer bahan baku, sehingga perusahaan tetap independen dikelola sesuai undang-undang dengan memperhatikan kepentingan negara Indonesia," ujarnya.
Disebutkan juga, efek ekonomi yang paling dirasakan masyarakat adalah ketersediaan listrik selama 24 jam serta tumbuhnya beberapa jaringan telekomunikasi.
"Karena listriknya sudah tersedia, maka jaringan komunikasi juga bermunculan. Beberapa BTS dibangun, komunikasi telepon seluler makin lancar," tegasnya.
Sementara itu, di saat yang sama, GM PLN Area Kalselteng Tonny Bellamy mengatakan bahwa saat ini suplai jaringan PLN se-Kalimantan sudah terkoneksi dengan baik.
Bahkan, imbuh dia, PLN masih memiliki over produksi sekitar 560 Megawatt yang belum terserap pasar.
"Karena itu, berdasarkan intruksi Kementerian ESDM serta Kemenko Maritim dan Investasi, untuk percepatan investasi dan produk unggulan, serta program peremajaan dan distribusi listrik ke desa-desa, maka PLN berkomitmen untuk menyuplai listrik ke Pulau Sebuku. Dan seperti diketahui, PT SILO grup merupakan pelanggan tegangan tinggi pertama di Kalimantan Selatan yang dengan itu maka harus dibangun gardu induk," tegasnya.
Dengan dibangunnya Gardu Induk di SILO ini, imbuh dia, maka listrik masyarakat di area Pulau Sebuku menjadi lebih lancar karena disuplai nonstop selama 24 jam.
"Jadi jauh lebih baik, karena sebelumnya hanya menggunakan PLTD yang terbatas. Sehingga hanya untuk malam hari saja," pungkasnya.