Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pemerintah mendukung UMKM dalam pemulihan ekonomi nasional (PEN) dengan mengalokasi anggaran Rp 95,13 triliun.
“Anggaran itu untuk subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR), perluasan kredit modal kerja, restrukturisasi dan penjaminan kredit UMKM, Banpres Produktif Usaha Mikro, dan fasilitas lainnya” ujar Menko Airlangga dalam webinar SAPA Untuk Indonesia, Selasa (5/10/2021).
Ia mengatakan UMKM mampu menyerap Rp 32,72 triliun lebih dari separuh dari realisasi program PEN senilai RP 61,62 triliun.
Khususnya, pada kategori KUR super mikro di mana lebih dari 90 persen penerima manfaatnya adalah perempuan.
“Kita perlu melakukan kolaborasi antar stakeholder dan membekali UMKM dengan akses pasar, akses finansial, dan akses teknologi dengan pemberdayaan maupun pendidikan. Semoga kita bisa mendorong semangat UMKM naik kelas,” Menko Airlangga menambahkan.
Sementara itu, Menteri Koperasi UKM Teten Masduki menyatakan pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerja para pengusaha berskala mikro, kecil, dan menengah, salah satunya melalui upaya digitalisasi.
Baca juga: Kinerja Penyaluran Kredit Perbankan Agustus 2021 Tumbuh 1 Persen Jadi Rp 5.574 Triliun
“Kita terus mendorong UMKM agar go digital, dan target kita di 2024 adalah 30 juta UMKM sudah go digital. Saat ini baru sekitar 15,9 juta UMKM yang sudah terhubung ke ekosistem digital, atau sekitar 24 persen. Angka ini tumbuh 99 persen jika dibandingkan pada awal 2020 atau sebelum pandemi,” jelas Teten.
Baca juga: Bantu UMKM Tumbuh, Lion Parcel Kenalkan Kiriman Paket Ongkir Murah
Direktur Urusan Eksternal PT HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita mengungkapkan komitmen berkelanjutan Sampoerna dalam mengembangkan UMKM tidak dapat dipisahkan.
Ia mengambil contoh besarnya peran perempuan pada komunitas toko kelontong binaan Sampoerna Retail Community (SRC).
“Melalui SRC kami membina dan membangun sebuah komunitas yang terdiri dari 150.000 toko kelontong. Lebih dari 60 persen toko kelontong tersebut dimiliki dan dikelola oleh perempuan, dengan lebih dari separuh diantaranya merupakan pencari nafkah utama keluarga mereka,” kata Elvira.