Menurut perhitungan Hariyanto, biasanya, perubahan ASP sebesar 1% akan berpengaruh ke perubahan laba bersih 2%-3%. Dengan melihat potensi kenaikan ini, Hariyanto menilai, saham-saham CPO saat ini bisa menjadi pilihan bagus untuk berinvestasi.
Terlebih lagi, menurut dia, valuasi saham-saham CPO saat ini masih tergolong murah. Hal itu terlihat dari forward price earnings ratio (PER) yang lebih rendah dari rata-rata PER dalam lima tahun terakhir.
Sebagai contoh, forward PER saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) adalah sebesar 11 kali, lebih rendah dari rata-rata PER yang sekitar 15 kali.
Begitu juga dengan saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) yang masing-masing memiliki forward PER 10 kali dan 6 kali. Ini lebih rendah dari rata-rata PER 5 tahun terakhir yang sebesar 14 kali dan 11 kali.
"Dengan begitu, masih ada potensi kenaikan harga karena forward PER masih di bawah rata-rata PER 5 tahunan," ucap Hariyanto.
AALI dan LSIP dipilih karena tergolong big caps dan sahamnya likuid. Kedua perusahaan ini juga bergerak di segmen hulu industri kelapa sawit sehingga lebih berpeluang memperoleh keuntungan yang optimal seiring dengan naiknya harga CPO.
Sementara, DSNG dipilih karena sahamnya terus dibeli investor asing dalam beberapa hari terakhir. Harapannya, arus masuk dana asing ini akan konsisten sehingga dapat terus mendorong kenaikan harga DSNG.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Harga CPO diprediksi tetap tinggi, silakan cermati saham-saham emiten CPO ini