TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Republik Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya mengatakan Indonesia memiliki peluang sangat besar memasuki pasar perikanan di Selandia Baru dan Australia. Hal ini disampaikan Tantowi dalam webinar 'Indonesia Timur Sukseskan Pacific Exposition 2021' yang digelar Tribunnetwork.
Tantowi menjelaskan kekurangan pasokan seafood menjadi masalah di dua negara tersebut. Bahkan di Selandia Baru, sangat jarang ditemui fish market. Menjadi aneh karena wilayah di sekitar dua negara itu adalah laut.
"Cari ikan segar disini itu susah, pertanyaannya kemana ikan-ikan yang ditangkap oleh nelayan Selandia Baru dan Australia itu? Kebanyakan mereka lempar ke tempatnya Dubes RI untuk China yaitu Djauhari Oratmangun, semuanya lari ke Cina," ujar Tantowi, Senin (11/10).
"Sehingga pasar domestik sendiri itu mengalami kesulitan, terjadi kekurangan pasokan seafood. Nah disini saya lihat ada opportunity besar bagi kita untuk memenuhi pasar tersebut," imbuhnya.
Oleh karenanya, Tantowi meminta Indonesia mampu memanfaatkan perhelatan Pacific Exposition 2021 yang digelar 27-30 Oktober 2021 secara virtual, untuk memasuki pasar perikanan di Selandia Baru dan Australia. "Saya harapkan industri perikanan kita dapat tampil betul di Pacific Exposition 2021 ini menawarkan produk kita ke Australia dan Selandia Baru," katanya.
Berikut wawancara dengan Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya :
Apa yang menjadi masukan Pak Tantowi, sehingga nantinya pada Pacific Exposition berikutnya, Indonesia akan menjadi perhatian negara-negara di kawasan Pasifik?
Saya benar-benar terkesima, tertarik melihat perdebatan dua gubernur tadi. Jadi diskusi seperti ini yang sangat kita angan-angankan. Terjadi suatu dinamika yang sangat hebat dalam konteks ketertarikan, antusiasme dari provinsi-provinsi di kawasan timur Indonesia untuk 'menyerbu' Pasifik.
Pasifik itu adalah gugusan pulau-pulau yang kecil dan paling besar adalah Selandia Baru. Jadi wilayah mereka itu sebenarnya adalah laut, tapi terjadi keanehan. Cari ikan segar disini itu susah, pertanyaannya kemana ikan-ikan yang ditangkap oleh nelayan Selandia Baru dan Australia itu? Kebanyakan mereka lempar ke tempatnya Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun, semuanya lari ke Cina. Sehingga pasar domestik sendiri itu mengalami kesulitan, terjadi kekurangan pasokan seafood.
Nah disini saya lihat ada opportunity besar bagi kita untuk memenuhi pasar tersebut. Cobalah pergi ke fish market atau seafood market di Australia seperti Sidney, itu susah mereka cari ikan. Dan ikan itu kebanyakan bukan dari Australia, padahal mereka bisa menghasilkan ikan. Di Selandia Baru lebih dahsyat lagi, nggak ada fish market. Jadi susah sekali mencari seafood di sini. Padahal banyak ikan enak yang ada disini tetapi lebih dari 70 persen itu dilempar ke pasar Cina. Saya harapkan industri perikanan kita dapat tampil betul di Pacific Exposition 2021 ini menawarkan produk kita ke Australia dan Selandia Baru.
Dalam Pacific Exposition 2021 terdapat seminar atau forum-forum yang dilaksanakan. Kira-kira apa goal atau target yang ingin dihasilkan dari seminar itu?
Kelima seminar yang akan kita laksanakan itu mengangkat tema-tema yang sekarang sedang relevan, aktual dan hangat dibahas. Misalnya dalam Forum Pacific Talks itu ada tiga pembicara, dua wakil menteri luar negeri dan satu menteri luar negeri, itu banyak berbicara mengenai konektivitas yang akan terbangun di wilayah Pasifik. Karena konektivitas itu adalah isu krusial di samping climate changes dan transportasi. Kedua, adalah tentu kemungkinan berbagai kerjasama yang terbangun antara negara-negara Pasifik dengan kawasan timur Indonesia.
Ketiga, yang sangat seksi dan bisa saya sebut bahwa Indonesia bisa dijadikan hub oleh negara-negara Pasifik untuk masuk ke kawasan ASEAN. Nah ini yang coba kita bahas dalam pertemuan Pacific Talks, isu penting yang akan disampaikan oleh Menteri Luar Negeri kita. Kemudian Wakil menteri Luar Negeri Selandia Baru yang juga kapasitasnya adalah menteri untuk urusan Pasifik itu juga pasti akan banyak bercerita mengenai peluang dan permasalahan di kawasan Pasifik.
Itu baru di satu seminar, sedangkan di forum kedua mengenai perdagangan, investasi, dan ekonomi kreatif itu forum yang harusnya dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi di Indonesia. Karena dalam forum ini seluruh pembicara akan membahas mengenai potensi perdagangan dan investasi terbuka di kawasan Pasifik. Dan karena digabung dengan ekonomi kreatif, dimana fokus pada pembangunan ekonomi setelah Covid-19 ini juga akan menjadi suatu forum yang akan banyak memberikan inside baru pada masyarakat di Pasifik. Jadi seluruh forum ini kami desain sedemikian rupa untuk memberikan pemahaman baru, opportunity baru bagi mereka yang tentu bergelut di bidang bisnis.
Sebagai pribadi, Pak Tantowi lebih cocok mana, apakah Pacific Exposition ini dilakukan secara fisik seperti dua tahun lalu atau secara virtual seperti kali ini?
Ini pertanyaannya sangat menusuk, menohok, dan tajam sekali. Kita sekarang ini memang terbantukan oleh teknologi zoom seperti ini. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan hal-hal bersifat physical, terutama dalam konteks jual beli, negosiasi. Itu pasti suasananya akan berbeda.
Kemudian ketika kita mengadakan pameran, orang itu harus meraba, menyentuh, pastilah semua orang akan memimpikan itu. Waktu di Selandia Baru itu, dari Indonesia yang datang hampir seribu orang yang datang. Jadi semua orang pengen datang kesini, sambil liburan sambil mencari peluang bisnis. Jadi kita berharap lah ini menjadi yang pertama dan terakhir Pacific Exposition dilaksanakan secara virtual. Dua tahun lagi kita kembali lagi ke permainan kita secara fisik.
Kemudian saya mau mengapresiasi NTT dalam partisipasinya di Pacific Exposition ini. Jadi dalam hasil keikutsertaan di Pacific Exposition pertama, hasil yang mereka dapat itu membuat mereka bertekad untuk menjadi tuan rumah Pacific Exposition yang kedua atau 2021 ini. Jadi beberapa minggu setelah pelaksanaan Pacific Exposition di Auckland itu, pak Wagub langsung kontak saya setelah konsultasi dengan pak Gubernur agar NTT dijadikan tuan rumah pelaksanaan Pacific Exposition yang kedua.
Luar biasa, jadi saya berbicara panjang lebar, benar nih pak Wagub konsekuensinya besar sekali lho mendatangkan semua peserta dari 20 negara-negara di Pasifik. Dia bilang 'Itu kita siap. Kita siap mendatangkan, memfasilitasi mereka, infrastruktur untuk mendukung itu juga siap'. Luar biasa, jadi yang membatalkan ini Covid-19 sebenarnya. Jika tidak, dunia akan melihat Pacific Exposition kedua itu dilaksanakan secara fisik di Indonesia, tepatnya NTT. InsyaAllah tahun depan ya.
Selain itu kami punya gagasan untuk mengkapitalisasi Ambon sebagai kota musik. Jadi yang ada di konsep kita, bagaimana kita mempopulerkan Ambon sebagai kota musik dengan melakukan sesuatu yang besar yang bisa diikuti negara-negara di kawasan Pasifik. Kemudian untuk Sulawesi Utara, itu orang-orang Pasifik kalau sudah kita perkenalkan Sulawesi Utara dengan semua keindahan alamnya itu pasti akan mendatangkan inspirasi untuk melakukan sesuatu yang besar juga.
Sedangkan buat Papua, yang sedang kita usahakan saat ini adalah bagaimana Papua dengan fasilitas olahraga yang sekarang digunakan untuk PON XX ini bisa kita gunakan untuk scope yang lebih besar. Jadi kita menjadi tuan rumah untuk pekan olahraga negara-negara Pasifik. Semacam SEA games tapi disini namanya Pacific Games. Jadi hal-hal seperti itu yang akan terus kita gelorakan dalam rangka memberdayakan semua infrastruktur yang sudah terbangun, mudah-mudahan nanti didukung dengan konektivitas ada penerbangan langsung dari kawasan Pasifik ke kawasan timur Indonesia. Itulah gagasan yang sudah kami persiapkan dalam rangka menghubungkan kawasan timur Indonesia ke Pasifik.
(Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)