TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong penggunaan produk lembaran baja buatan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai bahan baku badan mobil listrik di Indonesia.
Ia akan mengintegrasikan bisnis Krakatau Steel dengan industri baterai dan mobil listrik di tanah air.
”Kami mau integrasikan Krakatau Steel, lithium baterai, industri turunan nikel, dengan industri otomotif. Sekarang Krakatau Steel dengan pembaharuan yang ada, membangun pabrik hot strip mill, sudah bisa memproduksi lembaran-lembaran tipis yang bisa dipakai untuk body mobil,” kata Jokowi dalam sambutannya kepada Peserta PPSA XXIII Lembaga Ketahanan Nasional di Istana Negara, Rabu (13/10/2021).
Menurut Jokowi bila rencana itu terealisasi, industri hilirisasi terkait baterai dan mobil listrik akan berkembang pesat di dalam negeri.
Dirinya memperkirakan mobil listrik akan ramai bermunculan di Indonesia dalam 2-3 tahun ke depan.
"Jadi entah itu dari kerja sama BUMN dengan swasta luar, swasta sendiri, tapi yang jelas nilai tambah itu ada di dalam negeri. Ini sebuah kesempatan, jangan sampai kita kehilangan opportunity lagi, kesempatan lagi," imbuhnya.
Baca juga: Ketua IMI Janji Hadirkan Motor Listrik Murah, Bamsoet: BSE Harganya di Bawah Rp 10 Juta
Kendati begitu, belum ada penjelasan lebih rinci mengenai rencana integrasi ini.
Namun, Krakatau Steel telah memiliki pabrik industri baja lembaran (hot strip mill) dengan kapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun.
Pabrik bernilai Rp7,5 triliun itu dapat menghasilkan HRC berkualitas premium.
Di dunia, pabrik serupa digadang-gadang hanya ada dua, yaitu Indonesia dan Amerika Serikat.
Nantinya, kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 4 juta ton per tahun sehingga bisa menutup kebutuhan konsumsi baja nasional.
Jokowi mengatakan, mobil listrik buatan Indonesia muncul buah dari strategi pemerintah menghentikan ekspor bahan mentah nikel dan kemudian memanfaatkannya untuk diolah sendiri di dalam negeri.
Baca juga: Produsen Baterai Mobil Listrik China Inves Fasilitas Daur Ulang Senilai Rp 70 Triliun
Indonesia yang merupakan penghasil nikel terbesar di dunia disebut Jokowi dapat mengolah bahan baku itu menjadi katoda baterai dan baterai lithium-ion.
Hasil olahan itu disebut diintegrasikan dengan industri otomotif sehingga Indonesia bisa meraih kesempatan menjadi produsen mobil listrik.
"Setop ekspor bahan mentah, kita paksa BUMN, swasta, atau investor mendirikan industrinya di dalam negeri dan nanti bapak dan ibu bisa lihat, dua atau tiga tahun lagi, yang namanya mobil listrik akan mulai bermunculan dari negara kita," kata Jokowi.
Sejauh ini produsen yang sudah menyatakan komitmennya memproduksi baterai dan mobil listrik murni di dalam negeri adalah Hyundai.
Pabrik baterai pertama di ASEAN akan berdiri di Karawang atas kerja sama Hyundai dan LG.
Pembangunan pabrik diperkirakan selesai pada 2023 lantas produksi massal dilakukan pada 2024.
Hyundai juga sudah mengatakan bakal memproduksi mobil listrik di pabrik perakitan di Bekasi mulai 2022.
Selain Hyundai, produsen lain yang sudah menyatakan berencana memproduksi mobil listrik di Indonesia adalah Wuling.
Produk yang kemungkinan dibuat di pabrik mereka di Cikarang adalah model mobil kota yang harganya bisa jadi di bawah Rp100 juta.
Baca juga: Suplai Komponen Terganggu, Honda Berhasil Kirimkan 3.362 Mobil ke Konsumen di September
Bukan hanya itu, Toyota, Mitsubishi, Honda, dan Suzuki juga sudah berjanji akan memproduksi mobil elektrifikasi berupa hybrid dan plug-in hybrid di Indonesia mulai 2022.
Adapun pabrik baterai listrik pertama di Indonesia sekaligus Asia Tenggara (ASEAN) telah dibangun oleh PT HKML Baterai Indonesia pada 15 September lalu.
Proses peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan pabrik tersebut disaksikan langsung oleh Jokowi.
Pabrik itu bernilai US$1,1 miliar atau setara Rp15 triliun.
Jokowi yakin pabrik itu akan meningkatkan nilai tambah nikel tanah air, apalagi kalau sudah benar-benar jadi mobil listrik.
"Pengembangan industri baterai juga akan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi dari industri turunan yang digunakan baterai seperti investasi motor listrik, bus listrik, dan mobil listrik," ujarnya. (tribun network/fik/dod)