Laporan wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Biaya transportasi logistik di Indonesia masih menjadi tantangan bagi banyak pelaku usaha, tak terkecuali bisnis logistik.
Khusus kawasan Indonesia Timur, termasuk Sulawesi, memiliki tantangan tersendiri dibanding kawasan lainnya di tanah air.
Selain biaya dan waktu transportasi logistik yang mahal serta waktu perjalanan ke tempat tujuan yang relatif lama, bergantung pada jalur udara, dan minimnya penggunaan atau adaptasi teknologi untuk mendukung bisnis di sektor ini.
Bekerja sama dengan Dinas Perhubungan, Ritase mensosialisasikan penerapan teknologi digital dan penggunaannya untuk supply chain di kawasan Indonesia Timur, khususnya Sulawesi.
Baca juga: Zebra Nusantara Lakukan Digitalisasi Logistik Modern
"Kami ingin memberitahu pelaku bisnis logistik di sini untuk segera mengenal dan mengadopsi teknologi. Khawatirnya dua atau lima tahun ke depan jika tidak adaptasi maka bisnis tidak akan grow dan kalah dengan kompetitor yang lebih dulu pakai," ujar CEO & Founder Ritase, Iman Kusnadi dalam pernyataannya, Sabtu (16/10/2021).
Sejalan dengan hal tersebut Dinas Perhubungan Sulawesi Selatan selaku regulator bertugas membuat kebijakan maupun aturan yang salah satu tujuannya menerapkan teknologi digital yang mampu diadaptasi para pelaku bisnis logistik di kawasan Sulawesi.
"Kami menggandeng Ritase sebagai mitra berbasis IT, supaya bisnis model baru ini cepat dipahami masyarakat, dan logistik Sulawesi tidak tertinggal dengan Jawa ataupun Sumatera," kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Arafah.
Ritase hadir dengan solusi platform layanan logistik berbasis aplikasi mobile dan desktop yang menghubungkan antara pengirim barang (shipper) dan pengantar barang (transporter) melalui proses pengiriman yang bisa dimonitor secara langsung dan menggunakan sistem pelaporan yang detail.
Sehingga mampu menjawab tantangan yang dihadapi para pelaku bisnis di kawasan Sulawesi Selatan.
Ritase juga memberikan pengalaman dan peluang unik untuk mengurangi jumlah truk kosong, meningkatkan transparansi, memotong waktu tunggu, memungkinkan efisiensi melalui software manajemen transportasi, supply chain financing, e-commerce, dan trucking marketplace. (Willy Widianto)