TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 150 negara anggota Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) merayakan Hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober lalu.
Di Indonesia, dalam pertemuan virtual dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 13 September 2021 lalu, Kepala Perwakilan FAO Indonesia Rajendra Aryal mengakui pencapaian Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan melalui peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi konsumsi pangan pokok, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik, memperbanyak tenaga ahli pertanian, serta pengembangan pertanian modern lewat teknologi.
Menurutnya inovasi teknologi dan digitalisasi seperti e-agriculture yang dikembangkan oleh akademisi dan industri di Indonesia mampu membantu petani dan konsumen mengatasi masalah kerawanan pangan, masalah gizi, dan berkurangnya sumber daya alam.
Baca juga: Rektor IPB: BPN Harus Bisa Wujudkan Kemandirian dan Kedaulatan Pangan
Gibran Huzaifah, Co-founder dan CEO eFishery mengatakan pihaknya percaya dengan penerapan teknologi akan membawa dampak positif, begitupun di industri akuakultur.
Ketersediaan nutrisi yang terjangkau dan proses produksi pangan yang berkelanjutan bisa menjadi solusi untuk masalah ini.
"Dan perikanan punya potensi sangat besar untuk mengambil peranan penting dalam mewujudkan hal tersebut,” kata Gibran dalam keterangannya, Senin (18/10/2021).
Baca juga: Atasi Kendala, eFishery Dampingi Pembudidaya Ikan Lewat Aplikasi
Gibran menjelaskan bahwa eFishery selalu menjadi solusi untuk mengatasi masalah fundamental dalam industri akuakultur dengan menyediakan teknologi yang terjangkau. Salah satunya melalui aplikasi eFisheryKu yang baru saja diperkenalkan pada bulan Agustus lalu.
Aplikasi ini merupakan aplikasi koperasi digital sebagai pendukung bisnis budidaya ikan di Indonesia. Dengan menggunakan data dan teknologi, eFishery berkomitmen membantu para pembudidaya ikan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas budidayanya, lebih mudah untuk mendapatkan permodalan, serta mendapatkan akses untuk memperluas pasar.
Salah satu daerah di Indonesia yang melek teknologi dalam praktik budidaya perikanan adalah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Kabupaten ini termasyhur sebagai daerah penghasil ikan konsumsi seperti patin, lele, gurami, tombro, nila hitam, dan tawes.
Tercatat ada 12.220 orang pembudidaya ikan yang menggantungkan mata pencahariannya dari ikan konsumsi di 12 kecamatan seperti Ngunut, Rejotangan, Sumbergempol, Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, dan Kauman. Sedangkan untuk budidaya ikan di air deras bisa ditemui di Kecamatan Pagerwojo dan Sendang.
Meskipun tinggal di daerah berstatus Sentra Perikanan Budidaya, namun para pembudidaya ikan dari Tulungagung tidak lepas dari masalah klasik tingginya biaya produksi akibat harga pakan yang mahal. Padahal pakan merupakan komponen utama dalam struktur budidaya perikanan.
Hal tersebut dijelaskan oleh Muktasim, salah seorang pembudidaya ikan patin dari Tulungagung. Dalam kondisi sulit seperti itu, ia menuturkan, para pembudidaya tidak memiliki pilihan lain kecuali menjual ikan dengan harga yang ditentukan sepihak oleh pembeli.
Kondisi seperti itu tidak asing karena Muktasim sudah mengalaminya sejak 1996 lalu, saat dirinya pertama kali menekuni profesi sebagai pembudidaya ikan. Hal tersebut berubah sejak 2019, ketika seorang temannya memperkenalkan metode budidaya ikan berbasis teknologi yang diusung eFishery.
“Bergabung dengan eFishery ada banyak manfaat yang saya rasakan. Terutama mereka memberikan solusi masalah pakan berupa efisiensi pakan menggunakan mesin pelontar otomatis dan pinjaman pakan, serta membantu membuka jaringan pemasaran,” ujar Muktasim.
Muktasim menjadi satu dari 18,000 pembudidaya ikan yang telah tergabung dalam ekosistem eFishery. Ia telah diperkenalkan dengan beragam teknologi akuakultur yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Contohnya seperti eFisheryFeeder Ikan, yaitu mesin pemberi pakan ikan otomatis yang dapat dikontrol melalui ponsel mereka.
Dengan eFisheryFeeder Ikan, Muktasim bisa dengan mudah mengatur jadwal pemberian pakan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Tidak hanya itu, setiap pakan yang dikeluarkan melalui eFisheryFeeder akan tercatat secara otomatis sehingga pembudidaya dapat terus memantau pengeluaran pakan setiap hari tanpa harus mencatat secara manual.
Tidak hanya pembudidaya ikan, pemanfaatan teknologi yang tepat juga terbukti mampu meningkatkan penjualan agen pakan ikan yang dikelola Basori. Pria asal Malang tersebut bahkan mampu melebarkan sayap bisnisnya ke Kediri dan Blitar dalam 4 tahun terakhir, alias sejak dirinya berkenalan dengan eFishery.
Ia mencatat dalam sebulan perusahaannya bisa memasok 70 hingga 150 ton pakan per bulan ke tiga kota tersebut. Pasok pangan ini meningkat signifikan jika dibandingkan dengan catatan 4 tahun lalu yang hanya berkisar 25 hingga 35 ton per bulan.
artikel ini sudah tayang di KONTAN dengan judul Dorong ketahanan pangan, eFishery gandeng pembudidaya ikan di daerah