Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pelaku atau pengusaha otobus mengaku operasional bisnisnya berdarah-darah imbas pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.
Salah satu keluhannya dilontarkan oleh pemilik Perusahaan Otobus (PO) Sumber Alam, Anthony Steven Hambali.
Anthony mengungkapkan, layanan usaha yang dijalaninya yaitu angkutan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) hingga bus pariwisata mengalami kesulitan dalam hal okupansi dan pendapatan.
Baca juga: Kapasitas Oli Lebih Kecil, Bus Hino RN 285 Mumpuni untuk Transportasi AKAP Via Tol Trans Jawa
Bayangkan saja, sebelum pandemi melanda Indonesia, jumlah bus PO Sumber Alam yang beroperasi sebanyak 50 hingga 70 unit per harinya.
Namun, saat wabah Covid-19 merebak, jumlah bus yang dioperasikan hanya 20 unit per hari.
"Kondisi pandemi seperti ini penyusutannya sangat banyak. Sebelum pandemi operasionalnya bisa sekitar 50 sampai 70 unit per hari. Tapi saat ini kita cuma 20 unit saja per hari," ucap Anthony dalam acara bincang-bincang secara virtual, Rabu (20/10/2021).
"(Terlebih ketika) awal pandemi yaitu 2020, itu kita benar-benar stop operasi. Karena memang waktu itu dilarang pemerintah," sambungnya.
Baca juga: Melonjak 45 Persen, Marketing Sales Ciputra Development Tembus Rp 5 Triliun
Merosotnya kinerja angkutan penumpang, tentunya berdampak pula pada kinerja keuangan perusahaan.
Anthony menuturkan, pihaknya sempat menjual sejumlah unit armada PO Sumber Alam demi memenuhi kegiatan operasional.
Dirinya juga mengeluhkan, menjual bus di masa pandemi bukanlah sesuatu yang mudah.
Menurut Anthony, bus yang dijual bisa dibilang tidak ada harganya.
Ada sejumlah pihak yang memberikan harga bus seperti barang rongsokan. Alias hanya dibeli seharga berat besi dari bus tersebut.
"Kalau bicara nilai aset, sekarang bus tidak ada harganya. Saat ini bus benar-benar hancur harganya, malah beberapa menilai dengan harga besi atau dijual rongsok," jelas Anthony.
"Waktu pandemi ini kita sudah mengurangi armada, mungkin hampir 100 unit, itu artinya dijual untuk memenuhi kebutuhan operasional," paparnya.
Tak hanya kinerja operasional, sumber daya manusia yang berada di bawah naungan PO Sumber Alam juga ikut terdampak.
"Kemudian kalau karyawan kita tidak pernah ada PHK, tapi mereka (kerjanya) ya digilir. Personel kami yang di kantor itu berkurang 50 persen, sedangkan kalau pengemudi dan kru itu berkurangnya hampir 70 persen," pungkas Anthony.