Laporan Wartawan Tribunnews.com Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kopi kini menjadi salah satu minuman terfavorit di tanah air. Segala usia, tua hingga muda semua suka kopi.
Namun, dibalik kenikmatan menyesap kopi ada nasib petani-petani kopi di Indonesia yang butuh perhatian, terutama petani kopi yang berada di pulau Jawa, Flores, Toraja dan Bali.
Ada setidaknya 1.169 keluarga petani kopi di Indonesia yang butuh bantuan.
Para petani kopi tersebut mayoritas mengolah lebih dari 2 ton kopi biji per tahunnya.
Melalui kerja sama antara So So Good Coffee dan Catur Coffee Company dengan para pengolah kopi di daerah-daerah tersebut harga pembelian kopi ditawarkan di atas harga rata-rata yang berlaku sebagai tambahan keuntungan bagi petani kopi.
Tambahan keuntungan ini mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 6.000 per kilogramnya.
“Indonesia merupakan salah satu pengekspor tanaman kopi terbesar di dunia karena iklim yang cocok untuk pertumbuhan kopi. Tapi di tengah keindahan lahan perkebunan kopi, para petani Indonesia mengalami beberapa kelemahan yang krusial," ujar Founder So So Good Coffee dan Catur Coffee Company, Mikael Jasin dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Kamis (21/10/2021).
Mikael Jasin menambahkan ada kelemahan yang seharusnya lebih diperhatikan dari para petani kopi seperti kualitas, modal dan pemenuhan pasar.
So So Good (SSG) dan Catur Coffee Company sudah melakukan kerja sama dengan 3 (tiga) pengolah kopi di Indonesia, yaitu Tuang Coffee untuk wilayah Flores, Bright Java untuk wilayah Jawa dan Toraja serta Karana Global untuk wilayah Bali.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Dorong Kenaikan Konsumsi Kopi
Di antara tiga pengolah kopi tersebut, Karana Global menjadi pengolah kopi dengan jumlah olahan biji kopi tertinggi yaitu 30 ton per tahun. Setelah itu ada Tuang Coffee sebesar 20 ton per tahun dan Bright Java sebesar 5 ton per tahun.
Lahan yang digunakan pengolah kopi untuk memanen kopi juga sangat luas. Karana Global
memiliki ladang kopi seluas 2.100 hektar, Tuang Coffee memiliki seluas 1.400 hektar ladang
kopi. Sementara Bright Java memiliki total 2.101,6 hektar ladang kopi yang dibagi menjadi 2(dua) wilayah yaitu 2.100 hektar di wilayah Bali dan 1,6 hektar di wilayah Jawa.
Mikael Jasin menyadari peran untuk membantu industri kopi beserta sumber daya baik manusia maupun alam masih tergolong tinggi. Tidak hanya bekerja sama dengan pengolah kopi lokal, salah satu upaya yang ia lakukan adalah berlaga kembali di World Barista Championship Milan 2021 dengan membawa biji kopi khas Indonesia ke kancah Internasional pada 22-26 Oktober 2021.
Pencapaian Mikael Jasin tidak berhenti di sini. Mikael pun berencana akan meluncurkan koleksi biji kopi terbaru dalam waktu dekat ini. Ia berharap kehadiran dan konsistensinya di dunia kopi akan membawa industri kopi termasuk negara Indonesia menduduki tempat yang lebih baik. (Willy Widianto)