News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sri Mulyani Ungkap Berkah di Balik Krisis Akibat Pandemi Dibanding 2008 dan 1998

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kementerian Keuangan mengungkapkan sisi lain dari krisis akibat pandemi Covid-19 yakni adanya blessing atau berkah terhadap sektor perbankan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, bank-bank relatif tidak kena dampak krisis sekarang, berbeda jika dibanding saat 2008 dan 1998.

"Kalau kita mau bicara tentang blessing-nya bahwa dengan adanya krisis pertama dan kedua (1998 dan 2008) maka waktu yang ketiga (krisis pandemi) ini bank sudah relatif kuat," ujarnya dalam acara peluncuran buku "25 Tahun Kontan: Melintasi 3 Krisis Multidimensi", Minggu (24/10/2021).

Baca juga: Masyarakat Mulai Melirik Perbankan Syariah, Bos BSI Ungkap Alasannya

Sri Mulyani menjelaskan, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan sudah cukup tebal di masa pandemi.

"Karena tadi kita belajar dari kedua krisis, bank itu (sekarang) CAR-nya tinggi banget, regulasinya cukup sangat terjaga. Bank itu dipelototin sudah cukup banyak (pihak)" katanya.

Eks direktur pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, tidak hanya perbankan di Indonesia mendapat berkah tersebut, melainkan juga di negara-negara lain.

Baca juga: Wamenkeu Suahasil Menyebut Penggunaan EBT Bukanlah Sebuah Pilihan

"Makanya kalau Anda lihat walaupun terjadi krisis ketiga (pandemi) ini, bank seluruh dunia sebetulnya relatively unscathed (tidak terdampak) karena cadangan modalnya cukup tinggi dan mereka cepat sekali melakukan restrukturisasi dari NPL.

Regulatornya sudah ahli seperti OJK mengikuti seluruh dunia, mereka melakukan relaksasi dari apa yang disebut kriteria kredit, itu yang disebut POJK," pungkas Sri Mulyani.

CAR 24,57 Persen

Bank Indonesia (BI) menyebut rasio kecukupan modal (CAR) perbankan pada Agustus 2021 mencapai 24,38%. Nilai itu turun tipis dari realisasi bulan sebelumnya yakni sebesar 24,57%.

Sementara rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga di level 3,35% (bruto) dan 1,08% (neto). Perbankan juga melanjutkan pertumbuhan positif sebesar 2,21% year on year (yoy) pada September 2021.

"Permintaan kredit membaik, terutama dari dunia usaha dan konsumsi sejalan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam keterangan resmi, Selasa (19/10).

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Sebut Indonesia Berkomitmen Melakukan Transisi Energi 

Dari sisi penawaran, standar penyaluran kredit oleh perbankan melonggar seiring dengan menurunnya persepsi risiko, di samping sangat longgarnya likuiditas dan penurunan suku bunga kredit baru.

Seluruh kelompok penggunaan kredit telah tumbuh positif, terutama kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Kenaikan kredit yang lebih tinggi tercatat pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yaitu sebesar 8,67% pada September 2021.

Demikian pula, pertumbuhan kredit UMKM meningkat menjadi sebesar 2,97% yoy, menunjukkan perbaikan lebih lanjut dunia usaha pada sektor UMKM.

BI akan terus melanjutkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong peningkatan kredit perbankan. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit pada 2021 diprakirakan pada kisaran 4%-6% dan pertumbuhan DPK pada kisaran 7%-9%.

"Bank Indonesia juga terus mempercepat digitalisasi sistem pembayaran untuk mendukung akselerasi ekonomi keuangan digital nasional," ungkapnya.

Berbagai program digitalisasi sistem pembayaran, seperti perluasan QRIS, Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) dan reformasi regulasi, serta rencana implementasi BI-FAST, terus diakselerasi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini