News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bos BSI Sebut 4 Alasan Prospek Bisnis Ekonomi Syariah di Indonesia Cerah

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Bank Syariah. Bos BSI Sebut 4 Alasan Prospek Bisnis Ekonomi Syariah di Indonesia Cerah

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) siap menjadi pemain utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Tanah Air.

Hal ini seiring dengan visi pemerintah bahwa Indonesia harus menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah global di masa datang.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengungkapkan, kesiapan pihaknya menjadi pemain kunci dalam mendongkrak pertumbuhan itu tak terlepas dari potensi ekonomi syariah dalam negeri yang sangat besar.

Di sisi lain BSI sebagai bank syariah terbesar di Tanah Air, hasil merger tiga bank syariah milik bank BUMN, memiliki kapabilitas mumpuni untuk menggarap potensi itu. 

“Sebagai bank syariah terbesar, kami bukan hanya ingin handal dalam perbankan syariah saja. Kami ingin menjadi pelaku utama dalam mendorong dan menumbuhkan ekonomi syariah Indonesia," ucap Hery dalam keterangannya, Senin (25/10/2021).

"Sehingga potensi ekonomi syariah yang besar ini bisa dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia secara merata. Dan Indonesia bisa menjadi tokoh utama dalam ekonomi syariah dunia,” sambungnya.

Baca juga: Sejumlah Bank Menurunkan Biaya Transfer Antarbank Menjadi Rp 2.500, Berikut Daftarnya

Hery yang juga menjabat sebagai Bendahara Umum dalam organisasi keumatan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), memaparkan prospek cerah bisnis ekonomi syariah tersebut.

Pertama, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia.
Jumlah penduduk muslim di Indonesia mencapai 229 juta jiwa atau sekitar 87,2 persen dari total populasi.

Kedua, terdapat preferensi masyarakat yang kuat terhadap perbankan syariah sehingga pertumbuhannya sangat pesat dengan potensi pasar yang sangat besar.

Dari data yang dimiliki pihaknya CAGR lima tahun terakhir kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di industri perbankan syariah Indonesia mencapai 13,8 persen.

“Selain itu penetrasi aset keuangan syariah di Indonesia masih kecil yaitu sekitar 3 persen dari GDP. Dengan penetrasi ekonomi syariah yang rendah tersebut, memiliki peluang yang sangat besar untuk terus digali,” ujarnya.

Bank Syariah Indonesia (TRIBUNNEWS.COM/IST)

Seperti potensi lebih dari 200 juta nasabah yang memanfaatkan jasa keuangan ritel, contohnya untuk keperluan perjalanan umrah, haji, hingga perawatan kesehatan, serta layanan transaksi sosial zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF).

Ketiga, potensi industri halal di Indonesia yang nilainya kurang lebih Rp4.375 triliun.

Dari total nilai tersebut, Industri makanan dan minuman halal menyedot porsi terbanyak yaitu senilai Rp2.088 triliun disusul aset keuangan syariah senilai Rp1.438 triliun.

Lanjutnya, prospek keempat adalah pertumbuhan industri perbankan syariah yang sangat baik kendati laju ekonomi masih terganggu pandemi Covid-19.

Pada Juli 2021 aset perbankan syariah di Tanah Air tumbuh sekitar 16,35 persen dari Juni 2021, pembiayaan tumbuh 6,82 persen dan DPK tumbuh 17,98 persen.

Sementara itu, untuk kinerja BSI pada semester I-2021 tak kalah gemilang, dengan mencatatkan pertumbuhan double digit.

Baca juga: Bank Indonesia: Pertumbuhan Kredit 2021 Diprediksi Sebesar 5,3 Persen

BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp1,48 triliun, atau naik sekitar 34,29 persen secara yoy.

“Ini tanda yang positif, artinya masyarakat sudah melirik perbankan syariah karena cukup kompetitif. Diharapkan perbankan syariah dapat mengambil peran dan kontribusi yang strategis agar potensi besar ini memberikan manfaat lebih bagi masyarakat,” pungkasnya.

Kinerja BSI Berpeluang Makin Berkilau

PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI dinilai dapat memacu kinerja secara signifikan pada masa mendatang.

Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara, Doddy Ariefianto mengatakan, hal tersebut ditopang oleh kemampuan BSI yang memiliki potensi menggarap ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air.

Terutama, pasar pembiayaan ritel dan sindikasi.

Seperti diketahui, potensi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia hingga saat ini belum tergarap secara optimal.

Doddy mengatakan, BSI merupakan hasil penggabungan tiga bank syariah besar yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah.

Oleh karena itu, dirinya menilai dengan optimalisasi kinerja setelah terintegrasi potensi peningkatan pangsa pasar BSI pun masih sangat besar.

Baca juga: Erick: Santri Pilar Ekonomi Syariah

"Tentu saja potensi bank ini sangat besar. Potensi pasar pembiayaan dengan memanfaatkan penduduk Muslim nasional pun sangat besar. Dengan memanfaatkan itu saja potensinya BSI bisa terbang," ungkap Doddy, Jumat (22/10/2021).

Masih kata Doddy, melalui merger tiga bank syariah BUMN tersebut, BSI saat ini memiliki aset lebih dari Rp 200 triliun bahkan sudah mulai mendekati Rp 250 triliun.

Kekuatan modal pun terintegrasi dalam satu entitas bisnis yang lebih kokoh dari sebelum penggabungan.

Bahkan Doddy menilai potensi pengembangan bisnis akan lebih baik lagi jika rencana penambahan modal oleh BSI dapat terealisasi pasca periode pandemi Covid-19.

Dia mengakui BSI juga telah memiliki basis teknologi yang cukup mumpuni dalam menggarap pasar digital banking. 

BSI pun menurut Doddy saat ini memiliki kemampuan yang belum dimiliki oleh bank syariah nasional manapun di Tanah Air.

Baca juga: Erick Thohir Sebut Santri Berkualitas Mampu Mengantarkan Ekonomi Syariah Indonesia Jadi Juara Dunia

"Di luar pembiayaan ritel, BSI ini juga memiliki kemampuan untuk menggarap pembiayaan sindikasi, yang akan lebih kuat lagi mendorong peningkatan kinerjanya," imbuhnya.

Dia melihat potensi pasar populasi muslim nasional yang sangat besar akan mampu digarap secara optimal setelah integrasi jaringan secara menyeluruh dilakukan.

Seperti diketahui, Indonesia memiliki populasi muslim sekitar 80 persen dari total jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa.

Namun pangsa pasar bank syariah baru di kisaran 10 persen.

Di sisi lain Doddy berharap isu pandemi tetap harus menjadi perhatian utama bagi manajemen BSI dalam jangka pendek.

Sebabnya, transformasi layanan perbankan saat pandemi akan pula menjadi penopang utama pertumbuhan BSI.

"BSI memang punya pasar yang berbeda. Tetapi tetap pasar tersebut di-drive oleh prospek bisnis riil yang saat ini masih dilanda pandemi," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini