Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Krisis energi dunia jika terjadi berkepanjangan akan dampak kurang baik bagi masyarakat dunia, antara lain akan memicu naiknyaharga barang-barang komoditas.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, kondisi krisis energi saat ini terbilang buruk setelah krisis ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19.
"Krisis energi ternyata sama parahnya. Biaya logistik akan meningkat dan membuat produsen tidak punya banyak pilihan, harga jual akan dinaikkan sebagai kompensasi atas mahalnya biaya pengiriman bahan baku," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Kamis (28/10/2021).
Menurut Bhima, dalam situasi krisis, konsumen harus siap menanggung dampaknya yaitu inflasi yang berpotensi naik tinggi.
Baca juga: Agar Tahan Terhadap Krisis, Singapura Berencana Diversifikasi Energi
Sementara, Indonesia sebagai negara pengekspor bahan baku serta barang setengah jadi ikut turun dari sisi permintaannya.
Baca juga: Indonesia Disebut-sebut Sebagai Biang Krisis Energi di Singapura
Karena itu, Bhima memperkirakan pada Oktober ini, ekspor selain komoditas batu bara serta minyak dan gas (migas) akan terkoreksi turun.
"Begitu juga dengan impor ke indonesia pasti terpengaruh, delay-nya akan cukup panjang dan membuat pelaku usaha mulai bersiap antara naikan harga produksi atau cari alternatif impor bahan baku maupun mesin," pungkasnya.