Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah menghantam dunia termasuk Indonesia dalam kurun waktu 1 tahun lebih.
Imbas pandemi, gaya hidup masyarakat menjadi berubah, bahkan dalam mempertahankan keuangan hingga melakukan investasi.
Director Wealth & Personal Banking Bank HSBC Indonesia, Edhi Tjahja Negara mengatakan, hal ini sangat dirasakan oleh berbagai kalangan, terutama masyarakat yang berada dalam kategori usia produktif seperti kaum milenial.
“Pandemi ini telah mendorong milenial untuk serius mengevaluasi kondisi keuangan personal mereka dan mulai membangun keamanan finansial yang kuat," ucap Edhi di Jakarta (27/10/2021).
Baca juga: Cara Ganti Kartu ATM BCA Debit Non Chip ke Kartu Debit Chip, Urus sebelum 1 Desember 2021
Dirinya melanjutkan, milenial sering digambarkan sebagai anak muda berumur 20-an yang hanya berfokus pada gaya hidup.
Padahal, faktanya dari 8,6 juta milenial yang memiliki akses ke layanan perbankan di kota-kota besar termasuk Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan Semarang, lebih dari 70 persen atau setara dengan 6,1 juta orang merupakan milenial dewasa yang berusia antara 26-40 tahun.
Milenial yang berusia matang ini kebanyakan sudah menikah dan memiliki anak, dengan pendapatan dan pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan milenial yang berusia lebih muda.
Baca juga: Tingkatkan Pelayanan, BNI Jajaki Pengembangan Bank Digital
Edhi mengungkapkan, melihat hal tersebut Bank HSBC Indonesia mencoba berinovasi dalam solusi wealth management, dengan melakukan pembaruan pada HSBC Advance yang ditujukan untuk membantu generasi milenial dalam membangun kekayaan di setiap tahap kehidupannya.
Manajemen investasi HSBC Advance disesuaikan dengan karakter investasi, tujuan, dan kemampuan keuangan masing-masing nasabah.
"Penambahan layanan dan manfaat baru ke dalam HSBC Advance merupakan komitmen kami untuk membantu nasabah membangun kekayaan di setiap tahap kehidupan mereka, sekaligus mendorong pertumbuhan penetrasi wealth management di negara ini," papar Edhi.
Sementara itu, Head of Customers Propositions and Marketing Bank HSBC Indonesia Fransisca Arnan mengatakan, di Indonesia sendiri masih ada kesenjangan besar yang terjadi antara literasi keuangan (38 persen) dan inklusi keuangan (76 persen).
Baca juga: Ini Solusi Penerima Subsidi Gaji Rp 1 Juta yang Tidak Punya Rekening BRI, BNI, Mandiri, dan BTN
Yang berarti saat ini lebih banyak orang memiliki akses ke produk keuangan, namun pemahaman yang dimiliki masih tetap rendah.
Ada pula tren yang mengkhawatirkan dari investor Fear of Missing Out (FOMO) yang membuat keputusan investasi berdasarkan tren tanpa benar-benar memahami risiko yang akan terjadi.
“Seringkali ada kesalahpahaman bahwa seseorang harus mencapai tingkat pendapatan tertentu untuk bisa mulai secara proaktif berinvestasi dan membangun kekayaannya," papar Fransisca.
"Melalui pembaruan HSBC Advance, kami ingin menghilangkan miskonsepsi ini sedini mungkin meningkatkan literasi masyarakat terhadap wealth management," pungkasnya.