Akad juga memberikan pendampingan kepada para penulis pemula tersebut melalui workshop.
“Salah satu benchmark kami adalah strategi agensi di Korea ketika mendebutkan Girlband atau boyband besutan mereka. Singkatnya, Akad adalah inkubator yang berperan menginkubasi para penulis pemula, from zero to hero,” urai Andri.
Strategi kedua adalah memaksimalkan semua kanal media sosial seperti Instagram, Twitter, Tiktok, dan Telegram sebagai kanal untuk membangun brand engagement dengan para pembaca Gen-Z dan millennial.
“Konten-kontan yang kami hadirkan disesuaikan dengan masing-masing platform media sosialnya serta harus relevan dengan tren yang tengah terjadi,” terangnya.
Strategi ketiga, menciptakan komunitas pembaca dengan menggelar pelatihan tiga kali dalam seminggu. Melalui community program tersebut, Akad ingin meningkatkan loyalitas para pembacanya terhadap buku-buku atau novel-novel terbitan Akad.
Strategi keempat adalah limited product. “Produk yang terbatas cenderung memicu rasa penasaran Gen-Z dan millennial, yang cenderung memiliki karakter selalu ingin menjadi yang pertama dan takut ketinggalan dengan tren yang tengah terjadi di komunitasnya,” tutup Andri.